Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Hati-hati Jika Ditelepon "Menteri Baru"

20 Oktober 2011   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:44 92 2
Pergantian pejabat sedikit banyak akan membawa perubahan.  Perubahan dalam sistem ataupun perubahan dalam pola-pola komunikasi dari pihak-pihak yang terkait.  Sebelum cerita tentang telepon menteri baru, saya akan bercerita dulu kejadian saya "mempermainkan" penelepon yang katanya dari Bank X. Penelepon memberitakan sesuatu yang mengharuskan saya mengungkapkan  identitas saya. Inilah sedikit permainan itu.

"Halo, betul ini Pak Murwat. Saya dari Bank X yang...dst"

"Bagaimana saya tahu bahwa anda adalah karyawan Bank X. Tolong bikin saya mempercayai anda".

"Memang benar Pak saya dari Bank X, saya tidak bohong".

"Pertanyaan saya tetap sama, yaitu bagaimana saya tahu itu benar. Oke deh begini saja,saya akan telepon balik ke Bank X..."

Saat berdialog itu saya merasa sedang "mempermainkan", soalnya sebenarnya saya waktu itu hati percaya bahwa itu benar.  Dan bagaimana saya percaya, saya sendiri tidak tahu. Mengandalkan feeling saja. Walaupun begitu saya tetap menelepon ke bank untuk konfirmasi.

Setelah saya pikir, langkah saya itu benar adanya.  Bagaimana mungkin saya tahu itu telepon dari bank?  Dan pada kejadian  lain-lain yang senada, bagaimana mungkin saya tahu pelepon adalah seperti pengakuan mereka. Dari kepolisian, dari kelurahan, dari pabrik Anu, dari Koramil, dari Operator Seluller Anu, dan seterusnya, bagaimana bisa mempercayainya.  Kelemahan saya dan mungkin juga sebagian orang lain, adalah dengan mudah percaya jika pihak penelepon berada pada posisi yang kita hormati, kita butuhkan, kita takuti, dan kita sayangi.  Dengan persepsi seperti itu saya jadi kurang berhati-hati dalam berkomunikasi.

Lantas apa hubungan cerita ini dengan judul tulisan di atas.  Coba bayangkan jika tiba-tiba ada telepon dari kementerian A yang menterinya baru diganti atau baru ada penambahan wakil menteri.  Tidak akan membawa pengaruh jika penerima telepon adalah saya.  Saudara saya, tetangga saya, teman-teman saya, dan saudara dari tetangga saya tidak ada yang jadi menteri.  Dan yang lebih penting lagi buat apa kementerian menelepon pedagang kaki lima seperti saya. Menghadapi penelpon yang demikian dengan tegas saya bisa bilang  "salah sambung" atau bertanya "apakah rasa mendoan terlalu asin".

Akan sangat berbeda jika penerima telepon adalah Anda yang seorang pejabat (tinggi atau rendah), pegawai departemen bersangkutan, atau pebisnis yang sering berhubungan dengan kementerian. Anda tentu akan berbegas untuk menerima telepon tersebut.  Jika suara diujung telepon sana mengatakan bahwa dirinya menteri/wakil baru, apakah Anda yakin bahwa itu benar. Kenalkah Anda dengan suaranya? Pernahkan Anda mendengar suranya sebelumnya? Terus bagaimana Anda percaya bahwa penelepon itu adalah menteri atau wakil menteri?

Kalau boleh berfikir negatif.  Ada kemungkinan Anda adalah "calon mangsa baru" dari sebuah modus penipuan baru yang mencatut nama pejabat.  Penipu sekarang pintar-pintar mengolah situasi.  Nama yang dicatutpun tidak tanggung-tanggung, selevel menteripun bisa dicatut, apalagi hanya dirjen atau jen-jen yang lain.

Jadi berhati-hati itu penting, walaupun yang menelepon adalah seorang "menteri".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun