"Ih, kamu nginjek tahi kucing tuh!" kata Eca
"Ah, bukan kok. Masak iya coba lihat" jawab Dina.
Selanjutnya mereka asyik mengamat-amati apa yang terinjak.
"Eh,bukan kok ya, ini makanan".
"Iya makanan, tapi makanan apa ya?" Mereka selanjutnya berjalan lagi. Di depan, mereka berhenti lagi melihat ada biskuit wafer satu potong. Dina menginjaknya sampai patah menjadi tiga.
"Makanan kok diinjak sih. Dosa tahu!" kata Eca
"Maaf Allah! hihihihihihhi...", kata Dina sambil berlari.
Lucu juga memperhatikan tingkah anak-anak itu. Dan sungguh unik bagaimana mereka menghadirkan Tuhan dalam situasi seperti itu. Bangga rasanya menyaksikan anak-anak mempraktekkan ajaran normatif . Mereka tulus mengucapkan kata maaf dengan cara yang tidak umum untuk sebuah "permohonan ampun".
Barangkali terpengaruh oleh seringnya nonton tv yang menyiarkan berita korupsi, pikiran saya melayang membayangkan adegan serupa yang dilakukan oleh Si Fulan. Habis nilep uang semilyar Si Fulan nyengir memandang ke atas seraya melambaikan tangan dan berucap:
"Maaf Allah hehehehehehehe...!"
Yang ini tentu saja jauh dari ketulusan.