"Selamat Pagi, Pak. Saya datang karena berminat pada posisi manajer yang ditawarkan perusahaan ini. Terutama saya berminat pada jumlah uangnya", sengaja saya bicara blak-blakan. Toh dengan cara disopan-sopankan pun, sepanjang sejarah saya maksimal ditawari gaji 650 ribu all in, sakit dan mati tanggung sendiri. Apalagi belakangan ketika usia bertambah tua, ada yang menawari kerja dengan dugaan saya adalah pengangguran total. Gaji ditawarkan 850 ribu pas tak kurang tak lebih. Ibaratnya kalau mau mati, sekalian saja ajak anak istri. Walah, koplak kelapa kopyor! Jangan sampai terjadi.
"Selamat Pagi juga. Anda pelamar pertama yang datang. Jadi begini...perusahaan saya ambruk total, bangkrut. Karena salah kelola, karyawan saya demo besar-besaran, anarkhis pula. Properti perusahaan dirusak oleh mereka. Setelah merusak, karyawan semua kabur. Perusahaan terkena penalti karena gagal memenuhi pesanan. Hutang berlimpah. Kas kosong akibat selama ini kami menerapkan manajemen 'to lub galli lub", tutup lubang gali lubang'. Pak Boss menghela nafas sejenak.
"Terus? Lanjutkan ceritanya, Pak!"
"Jadi jika Anda bisa membereskan masalah perusahaan ini dan bisa membuat perusahaan ini beroperasi kembali, Anda akan saya gaji 20 juta per bulan. Belum tambahan lain-lain jika perusahaan untung besar".
"Hahahahahahahaha...selera humor Bapak ini tinggi sekali ya. Kalau saya bisa membenahi perusahaan yang amburadul ini, kenapa saya musti kerja di sini? Mending membuat perusahaan sendiri . ...hahahahahaaha."
"Hahahahaha...selera humor Anda ternyata juga tinggi. Kalau saya bisa membenahi sendiri, kenapa saya musti mencari manajer dan menggajinya 20 juta per bulan hahahahaha...jangan menghayal ahhh...saya cuma bangkrut tapi tidak goblok!!!"
Haduh!! Salah maning, salah maning.