Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Kampung Ciwaluh, Kampung Pemijat

5 Juli 2012   04:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17 514 0
PROGRAM Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XVIII Lemhannas RI Tahun 2012 sangat istimewa, karena diikuti peserta yang memiliki jabatan strategis di beberapa instansi pemerintahan, terutama TNI dan Polri, PNS, ormas dan organisasi profesi.

Mereka adalah pemimpin di instansinya masing-masing dengan jabatan setingkat eselon satu, seperti dirjen, staf ahli menteri, rektor hingga enderal bintang satu hingga tiga serta ketua-ketua organisasi profesi/ormas dan parpol tingkat pusat dan daerah.

Selama di Lemhannas mereka dididik menjadi memimpin masa depan Repuplik Indonesia ini. Pemimpin yang harus memiliki wawasan kebangsaan untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia guna mencapai masyarakat yang sejahtera.

Tantangan ke depan sangat berat, seorang pemimpin harus terus berlatih mengasah kepekaan terhadap perkembangan lingkungan yang terus berubah.

Menurut Peter F Drucker, pada abad ke-21 ini dibutuhkan seorang pemimpin  perubahan. Untuk mencapai kepemimpinan perubahan dibutuhkan latihan agar mampu bersinergis dengan alam dan masyarakat, baik lokal maupun global.

Lemhannas bekerjasama dengan SPN Lido merancang latihan kepemimpinan itu berupa outward bond dengan sasaran : (1) menurunkan egoisme individu maupun organisasi dan sebaliknya menguatkannya solidaritas yang positif di antara peserta, (2) selalu ingin memberikan kontribusi yang positif di antara peserta, (3) hubungan antar personal diantaranya sesama peserta menguat dan kompak, (4) mudah bersosialisasi dengan pihak lain dan lingkungan, (5) produktifitas kelompok meningkat.

Outward bond dilaksanakan selama tiga hari, dari tanggal 15 – 17 Juni 2012, dengan lokasi SPN Lido dan Kampung Ciwaluh. Dari 50 peserta PPSA XVIII, hanya tiga orang yang tidak ikut karena alasan sakit dan tugas di kantornya.

Keberangkatan outward bond ini dilepas secara resmi oleh Wakil Gubernur Lemhannas, Letjen TNI Moeldoko dengan upacara resmi di halaman Lemhannas, Jumat pagi. Bertindak sebagai komandan upacara Irjen Pol Putut Bayu Seno.

Outward bond dirancang  mengandung manfaat yang besar untuk pengembangan diri, diantaranya untuk meningkatkan keterampilan sosial seperti membangun karakter, sifat-sifat kepemimpinan, dan kemampuan kerjasama grup atau kelompok.

Media kegiatan dikemas dalam bentuk Ice Breaking, membidik harapan, menggapai pulau biola, menembus batas “Ciwaluh Kampung Kecil Negeriku”. Membidik harapan, kegiatan  menembak di pusat latihan menembak SPN Lido. Dalam latihan ini peserta menembak sasaran perorangan dan kelompok. Diharapkan dalam mengerjakan sesuatu harus fokus dan penuh kosentrasi serta ketenangan.

Menggapai Pulau Biola. Kegiatan berkelompok membuat rakit menyeberangi Danau Lido. Perlu perencanaan, strategi dan kekompakan agar rakit yang dibangun tidak terbalik dan melaju kencang hingga sampai ke tujuan.

Menembus Batas “Ciwaluh Kampung Kecil Negeriku”. Kegiatan ini berjalan kaki sejauh tiga kilometer, menurun dan mendaki di lereng perbukitan hingga ke kampung Ciwaluh. Selama di kampung Ciwaluh harus tidur dengan apa adanya di rumah-rumah masyarakat. Latihan ini diharapkan mampu merasakan dan melihat kondisi orang lain serta membuat perencanaan pembangunan yang cocok dengan daerah tersebut.

Dari beberapa kegiatan tersebut diharapkan peserta dapat : (1) mengasah kemampuan environmental scaning dengan aplikasi/ perspektif pengetahuan geopolitik, geostrategic (deep practice), (2) terasahnya karakter kepemiminan sebagai nasional strategi leader (change maker, leadership, pembangun intangibles), (3) terasahnya entrepreunership, (4) semakin eratnya chemistry dan networking strategi diantara peserta, (5) terasahnya kearifan dan kerendahan hati.

Para peserta sangat antusias selama mengikuti outward bond, bahkan sekelas Letjen M Munir (Pangkostrad), Irjen Pol Putut Bayu Seno (Kapolda Jabar), Mayjen Doni Monardo (Wadan Kopasus), Mayjen Bachtiar (Gubernur Akmil), Laksda Agus Purwanto (Gubernur AAL), begitu bersemangat mengikuti semua kegiatan.

Bahkan Mayjen Doni Monardo, harus mengeluarkan kemampuan renangnnya untuk mendorong rakit agar bisa melaju di Danau Lido, karena rakit yang dibangun kurang mantap dari perencanaan awal. Tapi berkat kegigihan rombongan yang beranggotakan 8 orang ini sampai juga di tujuan.

Begitu juga selama menginap di rumah masyarakat, para peserta yang umumnya para pejabat tinggi dengan berbagai fasilitas harus menginap di rumah warga yang hanya tidur beralaskan tikar. Tapi semua peserta merasa terharu dengan sambutan yang luar biasa dari masyarakat.

Pada malam hari, keletihan peserta terobati, dengan munculnya pasukan pemijat. Ternyaata kampung Ciwaluh memiliki stok pemijat yang cukup banyak. Dari 60 KK penduduk Ciwaluh, setidaknya ada 20 orang yang ahli pijat memijat. Seharusnya pemijat dari Ciwaluh ini di ekspor ke Jakarta yang konon kekurangan pemijat yang profesional.

Saking banyaknya, beberapa peserta didatangi dua sampai tiga pemijat. Akhirnya kebijaksanaanlah yang diambil. Seperti Pak Agus Purwoto, sudah ditunggui tiga pemijat, jadinya badan Pak Agus harus dibagi rata, yang satu mijat kaki, yang satunya lagi mijat badan dan pemijat lainnya dapat jatah kepala…asyik Pak Agus.

Nasib serupa juga dialami Pak Agus Condro, sudah ditunggui oleh dua pemijat. Kayak raja-raja Arab, sambil tiduran Pak Condro dipijat dua orang, tapi jangan curiga, semua pemijatnya adalah laki-laki.

Yang paling mantap, nasib Pak Budiyanto, salah seorang Ketua PKS ini dapat pijatan hingga pukul 4 pagi. Karena sambil menonton bola di televisi yang menyiarkan sepak bola piala Eropah. Dengan badan yang besar dan kayak pesumo dari Jepang, Pak Budi sangat keletihan menempuh perjalanan sehari sebelumnya. Bahkan selama perjalanan sering tertatih-tatih ketika jalan mendaki.

Pada malam terakhir, tibalah saatnya menghibur warga Ciwaluh dengan mendatangkan organ tunggal dengan artis cantik dari Kota Kembang, Bandung. Bermunculan artis-artis berbakat, terutama Pak Surahman dan Pak Budy, Pak Putut dan Pak Munir. Suasana tambah asyik dan gembira, dengan joget ria yang sangat elok goyangnya, terutama Ibu Profesor Endang, yang merupakan seorang profesor tari.

Acara dipandu peserta yang mantan penyiar TVRI era 80-an, Marlinda Irwanti itu harus berakhir pukul 12.00 malam, setelah pembacaan puisi yang sangat menyentuh oleh Bapak Barmawi, kemudian lagu Kemesraan karya Iwan Fals.

Lalu, kapan outward bound mulai dikenal sebagai metode pelatihan untuk pengembangan diri (personal development) dan tim (team development).

Kisahnya pada tahun 1933 Dr Kurt Hahn dari Jerman melarikan diri ke Inggris, karena bermusuhan dengan Hitler. Kemudian mendirikan lembaga pendidikan outward bound di Aberdovey, Wales, tahun 1941, yang bertujuan untuk melatih fisik dan mental para pelaut muda menghadapi ganasnya pelayaran di Lautan Atlantik pada saat berkecamuknya Perang Dunia II.

Pelatihan ini memakai kegiatan mountaineering (mendaki gunung) dan petualangan laut sebagai medianya. Kurt Hahn sendiri beranggapan bahwa kegiatan berpetualang sebagai wahana berlatih anak-anak muda menuju kedewasaan.

Metode pelatihan ini kemudian berkembang dan mulai ditiru di banyak tempat, bahkan sampai akhirnya diperkenalkan di luar Inggris. Setelah era Perang Dunia II, lembaga serupa dibangun di berbagai daerah di Inggris, Eropa, Afrika, Asia dan Australia.

Di Indonesia, kegiatan outward bound  marak tahun 2000-an dengan banyaknya lembaga yang menawarkan kegiatan ini. Bahkan sudah menjamur ke seluruh provinsi. (mursyid sonsang/dari berbagai sumber)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun