Pernahkah terlintas dibenakmu? Kau yang pernah menghabiskan malam untuk tertawa denganku akhirnya ditelan oleh pagi. Dan saat itu aku mencari keberadaanmu di kolong atap abu-abu. Namun apa yang kutemui? Hanya segunduk tanah bermahkota batu yang hanya ada ukiran namamu.
Aku merindukanmu. Aku ingin mengikuti jejak pagimu pada segunduk tanah itu. Pada nisan yang telah merekatkan namamu. Aku ingin berbincang denganmu sekali lagi. Tertawa dengan seruputan kopi yang kala seperti malam itu. Bukan hanya sampai pagi, bahkan sampai dunia yang bukan dunia ini tercipta. Dalam dendang pelukan Tuhan pada taman kedermaan.