Keramahtamahan dan sambutan sejuk membut saya, Ipul, Apik, Nawir, dan si mungil Adi melebarkan senyum ketika mendapat pelayanan langsung dari ketua panitia dan Sekretaris Turnament Haul Sagu Cup III, Pak Ibnu dan Pak Sufitno. sembari mengecek anti gen, sebagai protokol kesehatan dari tim medis yang di terapkan di Perusahaan tambang Wanatiara Persada. Sebuah perusahaan yang memproduksi nikel berlokasi di Kecamatan Obi Halamahera Selatan, Maluku Utara.
Sebagai jurnalis, tentunya kami diundang khusus perusahaan untuk peliputan. Bukan tanpa dasar, Hari Ulang Tahun RI ke 77 menjadi alasan saya dan teman-teman diundang kesana meliput langsung kegiatan menyambut HUT RI yang mempertontonkan keberagaman budaya lokal seni tari khas Maluku Utara.
Dengan menggunakan mobil milik perusahaan, berlima kami diantar langsung ke tempat acara kegiatan. Malam itu kami di antar  pak Yawan, kariyawan perusahaan murah senyum, yang bertugas mengantar jemput para tamu. Dari atas mobil, saya melihat beberapa Musalah, Masjid dan Gereja berdiri disana, sepertinya, nilai spiritual dan toleransi beragama telah harum mewangi di shite Haul Sagu.
Soal toleransi umat beragama di Perusahaan tambang Wanatiara Persada jelas nyatanya. Hal tersebut didasari atas cerita beberapa kariyawan perusahaan yang bercerita tentang kultur budaya pawai obar di malam Lailatul Qadar yang beberapa waktu belakangan dilaksanakan. Sudah barang tentu hal tersebut bisa disebut luar biasa untuk pelestarian budaya ditengah para Petinggi perusahaan asal Cina itu. Bahkan, keseimbangan akan hal itu, cerita lainnya adalah perayaan Imlek yang nampak asing dimata kariyawan pribumi. Tak heran para pengisi acara kegiatan malam itu dimeriahkan oleh saudara-saudara pemantik musik di Gereja yang diberi kesempatan untuk menyumbangkan lagu sekaligus menggunakan alat musik yang biasa dipakai dalam ibadah di dalam Gereja.
Walau hujan rintik menemani awal acara kegiatan open ceremony malam itu, jawaban atas cuaca menjadi lebih membuat semangat para panitia dalam menyambut HUT RI. Sebagaimana jam dimana malam semakin menggelap, tarian "Cakalele" yang di mainkan Acim dan Ustadz Mufrad warga desa Silang Bacan Timur Halmahera Selatan membuat bulu kuduk berdiri. Persembahan "Cakalele" tarian khas suku Tobelo dan Galela telah lebih lagi memicu semangat dan antusias para pimpinan perusahaan yang duduk rapih menyakisakan ayunan parang dan salawaku yang seirama dengan music tarian perang tersebut hingga tak sadar hampir seluruh TKA Wanatiara yang hadir mengabadikannya dengan kamera android.