Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Puisi | Karena Ia (Yang Bernama Corona)

4 April 2020   07:50 Diperbarui: 4 April 2020   07:51 111 0
Ia datang bukan atas undangan
Bukan pula karena sebuah kesengajaan
Ia menyebari bumi, menemui yang diinginkan
Tanpa pernah tahu, tanpa ada persiapan

Lalu, seketika banyak yang berubah
Sekejap saja negeriku dan negerimu menggelisah
Rumah sakit dipenuhi pasien yang makin bertambah
Dokter dan tim medis bertaruh nyawa dalam lelah

Semua diminta sekolah, bekerja, dan beribadah di rumah
Menjaga jarak, kebersihan, dan kesehatan adalah perintah
Agar ia berhenti menyebar ke mana-mana, lalu musnah
Berharap angka kematian tak akan lagi menambah

Namun, setiap saat kutunggu kabar bahagia
Hatiku melukis harapan sambil kurapal doa-doa
Setiap hari kunantikan kabar gembira
Bersama harapan yang tak kunjung tiba

Tuhan, ternyata bertambah lagi tubuh yang dingin membeku
Bertambah lagi jiwa yang kembali pada-Mu
Karena adanya perpisahan memanglah takdir-Mu
Dan mungkin setelah ini adalah giliranku

Tapi bolehkah kucemaskan kematian tanpa adanya pelukan?
Juga proses penguburan yang sunyi di pemakaman
Bukan orang-orang tercinta yang mengantarkan
Melainkan petugas yang di dalam hatinya pun digeluti ketakutan

Tuhan, tariklah ia yang telah memahat sendu sedemikian
Biarkan ia pergi dari tubuh-tubuh yang terbaring menanti kesembuhan
Bila ia adalah peringatan, semoga telah Engkau cukupkan
Berikanlah kami ampunan atas segala dosa dan kesalahan

Palembang, 04 April 2020

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun