di kala bayangmu terlihat nyata,
yang memaksaku kalah pada kenangan.
Pesan ini masih kubaca perlahan
di saat hujan menurunkan nada-nada patah,
yang tak sanggup kuucapkan dengan getar bibir kedinginan.
Senyummu masih setia kusimpan
meski ribuan hari belum juga kau kembali,
bersama diksi-diksi yang melaksanakan perpisahan.
Cintamu masih kugenggam dalam penantian
meski cerita dari sini mulai bernyanyi lirih,
bersama sebatas kenangan yang kuharap purna dalam kerinduan.