Dalam dunia Psikologi, tokoh Frankl menyatakan bahwa setiap makna kehidupan memang merupakan hasil dari tiap-tiap persepsi individu. Setiap manusia bahkan setiap momen sekecil apapun itu akan dapat memiliki makna hidup yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki tujuannya masing-masing dalam ranah kehidupan ini, sehingga batas makna kehidupan yang dihasilkan pun juga berbeda. Tergantung dari individu itu sendiri dan dengan segala kejadian yang dirasakan akan menghasilkan makna sendiri-sendiri.
Kemudian Frankl menjelaskan bahwa Kebermaknaan Hidup harus lebih banyak ditemukan diluar manusia daripada di dalam dirinya. Ini mengisyaratkan bahwasanya manusia didorong untuk memenuhi suatu apapun makna yang berasal dari perbuatannya pada orang lain atau sesuai yang berada diluar dirinya.
Adapun dalam Islam pula, bahwa manusia bisa berhubungan dengan Allah, dirinya sendiri, manusia lainnya, hewan baikan dengan lingkungan juga alam sekitarnya dengan pemaknaan hidup yang mendalam.
Frankl menyebutkan bahwa kecenderungan manusia untuk mencari makna hidup sebagai kebutuhan utama, motivasi yang sangat energik untuk bertahan hidup manusia. Apabila ditinjau dari teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow, Kebermaknaan Hidup merupakan pencapaian kebutuhan paling tertinggi.
Referensi : Nasr, 2002, dalam Riyan Sunandar, " Konsep Kebermaknaan Hidup (Meaning Of Life) Pengamal Thoriqoh (Studi Kasus Pada Pengamal Thoriqoh Di Pondok Pesantren Sabilurrosyah, Gasek, Karangbesuki, Sukun, Malang", Skripsi UIN Malang, 2016.
Bumipsikologi.com