Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) baik di tingkatan fakultas maupun universitas adalah sebuah “lembaga kehormatan” yang memiliki peranan me-managemen isu yang sifatnya independen, netral tanpa ditunggangi kepentingan apapun selain fakta dan realitas, selain itu sebagai media aspirasi perpanjangan mulut antara mahasiswa, birokrasi bahkan pemerintah.
Seiring berjalannya waktu, peranan LPM sebagai kontrol kebijakan kebijakan dan pembentukan opini mulai beralih. LPM hampir kehilangan jati diri. Tidak lagi tajam, justru mulai merambah dunia humas (hubungan masyarakat) yang tujuannya mengekspos pemberitaan saja.
Banyak tulisan yang tersaji hanya sekedar liputan kegiatan kampus. Ruang diskusi meredup, kehidupan kampus pun berasa damai-damai saja. LPM seolah menjadi “teman yang baik” dari birokrasi, yang sering dicari untuk mempromosikan kampus, yang akan menulis dengan apik setiap event yang terjadi di kampus, bukan lagi menjadi media penampung aspirasi pro mahasiswa.
Efeknya sudah bisa ditebak, LPM tidak menjadi pena yang ditakuti oleh Napoleon Bonaparte, namun menjadi “anak buah kesayangan” birokrasi.