Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Inilah Al Azhar, Anak Orang Miskin pun Diterima

4 Maret 2015   13:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 147 0
Sering kali kita melihat sebuah perguruan tinggi dengan dengan nama besarnya karena predikat, penilaian pemerintah, penilaian lembaga nasional, penilaian lembaga internasional atau gedung-gedung yang megah, seragam yang gagah dan biaya yang mahal atau bahkan sistem akademik atau sistem penunjangnya yang sangat modern.

Berbeda dengan Universitas Al Azhar yang beberapa tahun yang lalu, alumni-alumni Universitas Al Azhar yang oleh alumni perguruan tinggi lainnya di Mesir masih dianggap sebelah mata. Paling jadi imam masjid atau khathib, tidak menjadi pengusaha, pejabat, politisi atau profesi mentereng lainnya dan kalau pun ada, hanya dapat dihitung jari karena di Universitas Al Azhar tidak diajarkan secara profesional bagaimana berorganisasi, manajemen dan berbisnis dalam ekstrakurikulumnya.

Tapi inilah Al Azhar, anak orang miskin pun diterima untuk diajarkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang benar dan cerah mencerahkan.

Penulis sangat ingat bagaimana beberapa orang teman dari provinsi luar Cairo harus menjaga toko buku, toko baju, toko makanan, toko foto copy, toko makanan dan supermarket bahkan menjadi security di mall untuk bertahan hidup di Cairo dengan tinggal di kawasan yang sangat jauh dari kampus di Darrasah semisal di Helwan atau Ain Shams karena sewa rumah setiap bulannya  yang saat itu berkisar antara 300 Egypt Pound dan 500 Egypt Pound serta untuk membeli buku-buku diktat kuliah dan kitab-kitab lainnya demi mempelajari ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang indah, penuh kasih sayang dan cerah mencerahkan.

Bahkan ketika pulang kampung liburan membelikan baju baru atau alat tulis dan perlengkapan sekolah untuk adik-adiknya. Tapi inilah Al Azhar, anak orang miskinpun diterima untuk diajarkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang benar baik dan cerah mencerahkan. Bahkan mendiang Almarhum Grand Sheikh Prof. Dr. Muhammad Sayid Thanthawi kepada seorang pejabat dari negara yang sangat jauh dari Mesir, mengaku ketika masih di bangku kuliah sebagai mahasiswa, berjualan fuul (kacang tanah rebus) dengan gerobak demi bertahan hidup karena berasal dari luar provinsi.

Dari sisi live style mahasiswanya, sangat berbeda dengan mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya. Jika setelah pulang kampus, mahasiswa dari perguruan tinggi lainnya aktif di organisasi atau jika anak orang kaya jalan-jalan ke mall dan sebagainya, biasanya mahasiswa Al Azhar mengaji sorogan (Talaqqi) dengan para ulama atau bekerja sesuai jadwalnya. Tapi inilah Al Azhar, anak orang miskinpun diterima untuk diajarkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang benar dan cerah mencerahkan. Maka tidak heran jika para alumni Al Azhar walaupun kecil seperti lumut tapi mengakar dan mandiri dengan sendirinya dengan bekal warisan keilmuan dari Nabi Muhammad SAW dalam menjaga kemurnian ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang benar dan cerah mencerahkan dari berbagai gangguan serta rongrongan ideologi-ideologi dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang walaupun di pedesaan atau perkampungan.

Ketika penulis akan melaksanakan ujian akhir di jenjang menangah atas, Bang Beni asal Madagaskar memberi penulis buku-buku yang bagi penulis sangat perlukan untuk belajar. Tapi inilah Al Azhar, anak orang miskinpun diterima untuk diajarkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang benar dan cerah mencerahkan.

Maka tidak heran, jika kesatuan kader-kader terbaik Umat Islam terpupuk sejak dini demi menjaga kesatuan Ummatan Wahidatan dari berbagai gangguan serta rongrongan ideologi-ideologi dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang walaupun di pedesaan atau perkampungan.

Mungkin ada yang mencibir sarana prasarana, administrasi atau sistem penunjang pendidikan di Universitas Al Azhar masih jauh dari universitas-universitas lainnya di Mesir atau Eropa misalnya. Tapi inilah Al Azhar, anak orang miskinpun diterima untuk diajarkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang benar dan cerah mencerahkan. Tidak ada ideologi-ideologi dan pemikiran-pemikiran menyimpang yang mengganggu dan membahayakan eksistensi sebuah negara tumbuh subur di Al Azhar. Bahkan Al Azhar akan memberikan 'obat' agar ideologi-ideologi dan pemikiran-pemikiran yang menyerang bagai virus dan penyakit di badan, dapat terobati dan lebih sehat.

Saat ini, Penasehat Grand Sheikh Al Azhar Dr. Muhammad Muhanna yang adalah Guru Besar Hukum Internasional dalam sebuah seminar mengatakan Al Azhar menjadi target serangan kekuatan-kekuatan raksasa dunia dengan memanfaatkan ideologi-ideologi dan pemikiran-pemikiran melenceng atas nama mashalih musytarikah secara sadar atau tidak sadar agar rusak dari dalam karena kepentingan mereka terusik. Tapi inilah Al Azhar, anak orang miskinpun diterima untuk diajarkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam yang benar dan cerah mencerahkan agar dapat melawan dan membentengi Umat Islam walaupun di pedesaan dan perkempungan. Al Azhar masih kokoh dan seluruh kader-kadernya yang mukhlash mengkikhlashkan dirinya membela dan memperkokoh Al Azhar yang menjaga warisan keilmuan dari Nabi Muhammad SAW sampai sekarang ini tetap lestari. Berbeda dengan pihak-pihak yang mengklaim membela dan menegakkan Syari'at Islam yang dalam buku "Bathin Al Itsm" oleh Al-Imam Asy-Syahid Prof. Dr. Sa'id Al Buthi disebutkan dalam hatinya yang paling dalam terdapat keangkuhan dan kedengkian sehingga menganggap semua yang berbeda dengannya lebih rendah.

Ketika berkunjung ke kediaman Grand Sheikh Al Azhar Prof. Dr. Ahmad Al Thayeb di Al Qerna Luxor, penulis betul-betul memahami nilai sebuah kesederhanaan di mana beliau dan kakak beliau Sheikh Muhammad Al Thayeb memakai pakaian yang sederhana dan jauh dari pakaian seorang pejabat tinggi negara di Mesir. Bahkan ketika masih menjabat sebagai rektor, beliau keluar membeli makanan untuk kepentingan pribadi tidak dengan fasilitas milik rektorat. Benar apa yang disampaikan oleh Penasehat Mufti Dr. Osama Al Azhari bahwa Orang Sufi ketika memimpin tidak memetingkan kemegahan dunia dan dalam membuat kebijakan-kebijakan seolah-olah digerakkan oleh Allah SWT dan selalu mendapatkan kemenangan seperti Shalahuddin Al Ayyubi karena telah menjadi seorang mukhlash yang mengkhikhlashkan dan memasrahkan diri dan segala urusan duniawinya kepada Allah SWT semata.

Kira-kira, seperti inilah Al Azhar mengajarkan warisan keilmuan dari Nabi Muhammad SAW kepada kader-kader Umat Islam walaupun anak-anak orang miskin. Nabi Muhammad SAW selalu meminta agar orang miskin dan anak yatim diperhatkan. Karena nasib seorang penguasa ada dalam do'a orang miskin dan anak yatim. Sejarah yang terdiri dari manusia dan zaman yang menurut kata Imam Jalaluddin As-Suyuthi, sudah membuktikan.

Ditulis dengan mendengar Burdah pujian untuk Baginda Nabi Muhammad SAW karya Imam Al Bushairi

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun