Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

216 Kota Tepian Air di Indonesia dalam Bahaya

13 Februari 2010   03:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:57 857 0

Kenapa alam jadi kronis, hancur berantakan? Manusia mengeksploitasi alam dengan rakus dan tamak, bak harta warisan nenek moyang. Ulah, aktivitas, keserakahan, dan kebodohan manusia membuat alam nirwana menjadi neraka. Manusia telah memborbardir bumi di barat, timur, utara, dan di selatan. Sama sekali tak berbudi terhadap alam.

Selain itu, ada pula satu jenis gas buatan tangan manusia yang didaulat membuat nyaman ummat, namun setelah diproduksi besar-besaran dan menguntungkan negara industri, ternyata membuat petaka. Gas chlorofluorocarbons (CFC) namanya, menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2, penyebab rusaknya lapisan ozon.

Lalu para pemimpin dunia dan para ahli kaget, karena Dr. H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA membuat prediksi baru yang sangat mencengangkan: HAMPIR SEMUA ES DI KUTUB UTARA AKAN LENYAP PADA AKHIR MUSIM PANAS 2012. Artinya dunia bakal kiamat. Nah lho.

Prediksi yang amat buram

Bumi dipijak rasa beban, langit dijunjung rasa runtuh alias dunia seperti kiamat. Bagaimana tidak. Pasalnya, mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan sebelumnya. Beberapa prediksi awal yang pernah dibuat memperkirakan bahwa seluruh es di kutub akan lenyap pada tahun 2040 sampai 2100. Tetapi data es tahunan yang tercatat hingga tahun 2007 membuat mereka berpikir ulang mengenai model prediksi yang telah dibuat sebelumnya. Para ilmuwan mengakui bahwa ada faktor-faktor kunci yang tidak mereka ikutkan dalam model prediksi yang ada. Dengan menggunakan data es terbaru, serta model prediksi yang lebih akurat, seorang Zwally, telah menggemparkan dunia.

Biang Keladi: CFC dan gas rumah kaca

Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya, agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat. Dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik, karena memiliki panas matahari yang cukup.

Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini, karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.

Defakto: meningkatnya level paras laut dan dampaknya di Indonesia

Mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut (grafik di samping menunjukkan hasil pengukuran level permukaan air laut selama beberapa tahun terakhir). Para ahli memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair. Level permukaanlaut akan naik sampaidengan 7 meter! Cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh dunia. Bagaimana dengan Indonesia? Kita perlu waspada, karena berdasarkan data Kementerian Pemukiman dan Wilayah dari 516 kota diselurah Indonesia 216 diantaranya merupakan kota tepian air (water-front city) yang berada ditepi laut, sungai dan danau, bahkan banyak kota-kota di Indonesia yang berakar dari aktivitas perdagangannya di atas air seperti kota-kota di Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun