Belum lengkap rasanya mengunjungi negeri senja Maroko tanpa mengunjungi Fez.Kota tua, menyimpan berjuta peradaban yang masih bisa kita disaksikan langsung. Fez dikenal sebagai kota budaya dan pendidikan. Saya tidak pernah tau sebelumnya bahwa universitas tertua di dunia dalah Al Qarawiyyin (Al Karaouine) yang ada di kota tua ini. Sebagai pusat peradaban Fez menjadi kota tujuan belajar bagi banyak pecinta ilmu dari berbagai negara. Al Qarawiyyin didirikan pada 859 M oleh Fathimah Al Fihri. Wah bangga sekali mengetahui sejarah ini, bahwa wanita mempunyai peran yang besar dalam pengembangan intelektualitas muslim. Dari sini lahir sufi-sufi besar diantaranya Ibnu Arabi, Tijani, dan Abu Madyan.
Ketika saya googlingtempat menarik di Fez, Old Medina ada di top1, dan banyak referensi untuk melihat view proses penyamakan kulit secara tradisional. Jadi meski harus tersiksa oleh aroma proses penyamakan kulit yang bikin perut bergejolak, demi view yang indah saya rela. Old Medina Fez, memang surga belanja kerajinan kulit, warna-warni yang indah khas maroko dan harga yang bersahabat.Sebaiknya ajak orang yang bisa berbahasa arab untuk menemani jalan-jalan. Saya beruntung ditemani oleh mahasiswa Indonesia yang sedang belajar disana.Jadi jangan segan-segan kontak PPI Maroko, Insya Allah mereka sangat terbuka untuk membantu.
Sebagai kota sejarah dan diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO, masih banyak situs yang wajib dikunjungi bila anda berada di fez.Taman kota yang indah tempat bersantai dan rehat sebelum melanjutkan perjalanan menyusuri Old Medina. Istana Raja dengan arsitektur maroko yang menawan. Kota yang dikelilingi benteng sewarna tanah seakan bercerita betapa banyak peristiwa penting ia saksikan.
Kota yang menjadi jantung budaya dan peradaban Maroko ini sangat layak jika Fez juga menjadi kota tujuan wisata. Apalagi memasuki musim semi, rombongan turis silih berganti berdatangan. Banyak festival budaya taraf internasional digelar di kota ini gratis. Sayangnya jarang sekali warga yang bisa berbahasa Inggris, masyarakat Maroko sehari-hari memakai bahasa Arab atau Perancis yang bikin lidah kelilit, walhasil kalau kemana-mana nggak pede sendirian. Mau naik petit taksi, ehh..ternyata taksi disini bisa berbagi dengan orang lain (maksimal 3 penumpang), nah lho...lagi asyik duduk di taksi ada yang menghentikan langsung aja duduk disebelah kita lalu bicara dengan supir dalam bahasa yang tidak saya mengerti, langsung radar crime sense saya berbunyi...ah..untunglah itu hanya prasangka lebay saya saja.