Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Piala Eropa 2024, Prosa Liris Inggris di Semifinal

12 Juli 2024   14:27 Diperbarui: 13 Juli 2024   21:19 320 4


Seperti membaca cerita William Shakespeare. Kemenangan Inggris atas Belanda di semi final Euro 24 ibarat pendakian klimak lakon - lakon drama pujangga Inggris itu. Prosa liris menarik, happy ending bagi tim Three Lions.

Ketika sampai dengan perempat final, laskar tiga singa itu tampil tak meyakinkan, bahkan tertatih - tatih. Skuad termahal sedunia yang bertabur bintang itu bak berlian dalam lumpur. Kilaunya tak memancar. Para penggemarnya skeptis terhadap jejak langkah selanjutnya. Apakah tiga singa mampu menjejak laga puncak?

Baru di semi final, aura liga premier Inggris itu berkilau. Dengan mantab dan percaya diri menumbangkan Belanda, tim yang sedang naik daun.

Membawa Inggris melaju, menstempel diri untuk berlaga di final menantang Spanyol. Para penggemarnyapun lega, harapan besar tumbuh kembali. Perayaan kemenangan di tengah kepedihan punggawa dan fans de oranje.

Kesedihan dan kemarahan kawula jingga melingkungi Signal Iduna Park, kota Dortmund.

Hasil ini membawa skuad Inggris dua kali berturut menempati finalis di liga Eropa. Euro 2020 dan 2024. Bersama pelatih Inggris yang sama, yang banyak dipuji, sekaligus dimaki, Gareth Southgate.
Juga bersama dengan armada pemain yang mayoritas menggawangi final 2020.

Lagu berjudul Three Lions yang mengusung semangat dan Impian Football Coming Home, berkumandang dalam koor membahana di stadion Wembley kala itu. Lagu sebagai ekspresi gelora optimisme dan harapan Inggris untuk memenangi piala Eropa pertama.

Namun kekecewaan sempurna melanda. Manakala tim biru Italia di final Euro 20 itu mempecundangi tuan rumah di kandang sendiri. Saat babak adu penalti.

Football belum juga kembali ke rumah, negara kelahirannya.

Piala major internasional, yakni Piala Dunia adalah capaian Inggris satu - satunya. Yang diperoleh tahun 1966 atau 58 tahun silam. Dan piala major lainnya, yakni piala Eropa belum pernah sekalipun direngkuhnya.

Dengan mengalahkan Belanda 2 - 1, secercah cahaya menerangi lorong gelap perjalanan tiga singa. Ini kesempatan langka untuk kali kedua berupaya memecahkan telor piala Euro.

Lambaran tekad, rencana, strategi telah dirumuskan, disiapkan bersama berbagai skenario dan improvisasinya.

Demi menggayuh piala pertama, pengorbanan air mata dan darah akan dilakukan.

Semi Final, Laga Pencerahan

Dari ulasan pengamat, juga komentar para penggemar bola yang saya baca dan dengar, sekitar tujuh puluh persen menjagokan Belanda yang akan menang di semi final. Track reccord Inggris di fase grup maupun babak gugur tidak menjanjikan, menjadikannya tim  tak diunggulkan.

Setelah kedua kapten bertukar undian, antara Harry Kane kapten Inggris penyerang Bayern, dan Virgil van Dijk kapten Belanda bek klub Liverpool, laga serupun dimulai.

Sekitar dua menit pertama, kedua tim saling menilai dan menera lawan. Permainan datar.

Menit - menit berikutnya laga berlangsung menarik. Cepat, terbuka dan saling menyerang.

Jersey putih dan oranye warna kebesaran tim berkelebat cepat ke seantero lapangan. Waktu seolah berputar dengan kecepatan ganda.

Menit ke delapan, gelandang serang bermata sayu Belanda Xavi Simons melesakan tembakan lambung dari luar kotak penalti. Mengarah sisi kanan atas gawang. Sosok berkostum hijau kiper Jordan Pickford meloncat berupaya menghalau. Tangan menjulur hampir menjangkau. Namun si bundar itu bagai peluru sniper. Cepat merobek jala Inggris.

Gol, 1 - 0 untuk Belanda. Mata sayu Simons sejenak berbinar, menghiasi senyum tipisnya. Rambut kriwil berkelabangnya berkilau.

Para pemirsa teryakinkan, bahwa dugaan mereka benar. Laskar oranje bakal menang dan skuad putih tumbang.

Sebuah kemajuan sikap, kemasukan gol di awal mental skuad Inggris tak berubah. Nampak tetap mantab, dingin dan tegar. Serangan bergelombang menggebu tak surut. Dalam upaya mengejar ketertinggalan.

Catur serang Inggris Kane, Foden, Saka dan Bellingham menggedor tak henti ke gawang Belanda.

Menit ke 18, bola melambung rendah ke arah Kane di kotak penalti tim oranje. Sigap, tembakan voli mengarah kencang.

Untuk menghalau, kaki kanan Dumfries pemain belakang Belanda meluncur, menyongsong tembakan.

Naas, spike sepatu tajam Dumfries menyentuh kaki Kane. Kane menggelundung di rumput. Meringis, berakting sangat kesakitan.

Kontroversi, antara pelanggaran dengan ganjaran penalti atau tidak.

Akhirnya penalti dihadiahkan untuk Inggris, setelah wasit mengamati rekaman mesin VAR (Video Assistant Refeere).

Harry Kane mengambil kesempatan penalti. Menceploskan gol ke arah favoritnya, gawang kanan bawah Belanda.

Kedudukan imbang 1 - 1. Permainan semakin menarik.

Saling serang, silih berganti tidak membuahkan gol sampai babak pertama berakhir.

Gedor menggedor cepat, berlanjut di babak kedua. Adu cepat, adu trengginas, adu taktik, adu stamina adu mental diperagakan kedua tim.

Babak kedua hampir berakhir. Kita mengira babak tambahan pasti terjadi.

Entah mendapat wangsit apa, tiba - tiba Southgate pelatih Inggris melakukan rotasi tak terduga. Mengganti dua pemain inti serang, Kane dan Foden.

Diganti oleh pemain tak begitu dikenal dari klub Chelsea dan Aston Villa. Yakni Cole Palmer dan Ollie Watkins.

Rotasi ternyata bertuah. Sekitar sepuluh menit setelah penggantian, di masa injury, Palmer memberi umpan ke Watkins.
Dengan cepat dan cerdas setengah berbalik, kaki kanan Watkins menyambar umpan.

Bola meluncur bagai jejak ular mengoyak gawang kanan bawah  Belanda. Kiper Belanda tak mampu menyelamatkan.

Gol, 2 - 1 untuk Inggris.

Supporter Inggris melonjak, bersorakan gempita. Supporter oranje yang mendominasi stadion mendongak, tak percaya. Dan akhirnya tertunduk lesu meratap.

Ronaald Koeman pelatih Belanda gusar luar biasa. Mengibaskan tangannya, wajahnya tambah merah.
Salah satu pemain Belanda dalam kemenangkan piala Eropa 1988 bersama trio legendaris Ruud Gullit, Marco van Basten dan Frank Rijkaard itu terperangah. Tak percaya.

Mimpinya memenangkan kembali piala Eropa sebagai pelatih nyaris pupus.

Tak putus asa, Koeman melakukan penggantian serempak, memasukan beberapa juru gedor Belanda sekaligus.

Namun sisa waktu adalah neraka bagi de oranje. Dan waktu menggilas tanpa belas. Peluit akhirpun meluit nyaring. Laga usai.

Inggris menang, melaju ke babak final. Menantang Spanyol.

Eforia kegembiraan dan sedu duka campur aduk di lapangan. Dramatis.

Laga semi final ini adalah permainan terbaik tim Inggris sepanjang piala Eropa 2024. Inggris mendapat pencerahan, mempraktikan hakekat bermain bola yang menarik dan efektif. Gelombang pujian dan kekaguman mengalir ke tim tiga singa yang tidak diunggulkan.

Kini ujian Inggris yang terakhir. Akankah senin pagi wib besok, di Stadion Olimpya Berlin pada laga final, Inggris akan tetap bermain mantab tak tergoyahkan sebagaimana saat melawan Belanda? Dan berhasil membawa bola pulang ke rumah, football coming home?

Tim Spanyol dengan rekod sempurna, menang enam kali berturut - turut adalah tim paling diunggulkan. Adalah banteng Mediterania, predator yang siap dan tak segan mengoyak laskar tiga singa.

Ayo nonton.

Selesai

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun