Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Golf di Thailand #2

22 November 2023   08:07 Diperbarui: 22 November 2023   08:22 358 2
Pasar malam Cicada mengingatkan pada pasar seni Ancol di masa kejayaannya, dekade 80 an.

Pasar malam kebanggaan kota wisata Huahin ini cukup besar. Bersih, rapi dan artistik. Selain menyajikan gerai berbagai kulineran Thai food, Asia food, Japanese, West, Middle East, India dan berbagai makanan khas lainnya. Terdapat lapak - lapak seni, panggung Open air gaya modern yang sedang menggelar live music band. Juga panggung amphi theater. Tak ketinggalan beberapa gerai barang - barang bekas dan antik. Menjajakan beragam dagangan kuno penghias yang memikat, melengkapi daya tarik pasar malam Cicada.

Malam itu week end, Cicada ramai pengunjung. Semarak dengan tata lampu sorot dan lampu gantung unik di berbagai pepohonan. Tempat ini benar - benar me place.

Tempat yang asri. Kami para fun golfer berkeliling menikmati atmosfer rapi berseni ini. Sembari menandai beberapa lapak kuliner yang potensi nanti akan diampiri. Warung tom yam, pad thai, dan tentu saja ketan mangga sticky rice mango bersantan yang selalu nyuss. Kuliner thai incaran, yang pasti tak luput jadi serbuan.

Setelah nongkrong melihat para pelukis lokal beraksi. Menggurat kanvas dengan gambar abstrak multi makna berwarna - warni ngejreng, saya beranjak ke klaster barang antik.

Disitulah saya bersua masa kecil. Ya ketemu dagangan keramik kuno yang langsung terlihat bersinar di mata. Barang itu adalah teko maling keramik tak begitu besar. Berwarna dasar putih, berornamen dedaunan biru klasik.

Masa kecil, saat hampir setiap tahun sekali diajak nonton Sekaten di kota Solo, selalu tak lupa mengamati dagangan yang selalu ada. Yakni teko maling.

Teko wadah minuman teh, jahe atau kopi ini memang unik. Kala itu hampir setengah abad lalu, teko maling di sekaten berupa grabah. Yakni tembikar, lempung bakar berwarna merah terakora.

Uniknya, teko maling ini memiliki lobang pengisian di dasar atau pantatnya. Pegangan, tutup dan cucuknya standar. Sebagaimana teko biasa.

Teh diisikan lewat dasar lobang dengan menunggingkan teko. Setelah terisi dan teko ditaruh pada posisi normal, teh tidak tumpah. Inilah kenapa teko ini disebut teko maling.

Diharibaan teko ini, teh akan lama bertahan panas dan konon lebih berasa mantab meresap. Apalagi kalau di dalamnya dicampurkan bongkahan gula batu.

Ya begitulah, cinta pada pandangan pertama, teko maling biru itu harus jadi milik saya.

Melalui tawar menawar ringan, teko biru dan juga rantang keramik susun tiga itu berpindah kepemilikan. Dipacking rapi diserahkan ditukar beberapa ratus bath. Barang yang konon masing - masing berumur sekitar 100 tahun itu langsung memenuhi kompartemen kopor. Wah senangnya...
Banyan Tree Course

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun