Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Kolonial Heritage Journey 7

14 April 2021   09:12 Diperbarui: 20 April 2021   11:10 815 2
Wayang berasal dari kata bayangan. Karena pertunjukan wayang dilakukan dibalik layar atau kelir. Disorot dengan blencong atau lampu minyak. Para penikmat wayang dulu kala menonton bayangan gerakan dan jejeran karakter wayang dari balik layar.

Namun berbeda dengan wayang kulit masa kini, nonton dibelakang dalang lebih seru dan syur dibanding nonton dibelakang kelir. Kerna improvisasi dalang modern sering menghadirkan bintang bintang tamu menarik yang hanya bisa dilihat dari depan.

Selain berarti bayangan, wayang kulit bisa juga bermakna sebagai Ma Hyang atau perjalanan spiritual. Memang pertunjukan wayang kulit sarat dengan petuah dan ajaran spiritualitas dan kerohanian yang diwedar ki dalang.

Dengan nonton wayang awak mulai mendengar dan sedikit memahami istilah Wisdom kebijakan yang diajarkan dunia pewayangan. Seperti ; Mamayu Hayuning Bawana, ikut melestarikan dan memperindah bumi yang indah ayu. Sing nandur ngunduh, yang menabur akan memanen. Ngalah iku luhur wekasane, mengalah akan berakhir baik. Suradira jayaningrat lebur dining pangastuti, kekuatan dan kekuasaan batil akan sirna dengan perilaku baik. Ojo Adigang Adigung Adiguna, jangan mentang mentang kuat kuasa dan pintar. Sing salah seleh, yang salah suatu saat akan kalah dan mengakui. Dst dsb.

Tahun 2003, UNESCO mengakui keunikan dan keindahan seni pewayangan serta menetapkan wayang kulit sebagai Nations Heritage. Warisan budaya dunia. Wayang kulit disebut sebagai Masterpiece Of Oral And Intangible Heritage Of Humanity. World Class Award untuk seni asli Nusantara, sangat membanggakan.

Tiba tiba ada yang menjawil, tersadar dari nostalgi jiwa. Utam sang guide mengajak melanjutkan menyusuri deretan wayang. Utam berjalan sambil terus bicara. Pemandu itu seolah kamus berjalan tentang dunia pewayangan. Mas Hadi terkagum kagum dengan luasnya kekayaan khazanah kisah pewayangan. Awak merefresh semua cerita wayang yang disampaikan Utam. Kembali paham, karena semua cerita itu pernah nonton pagelarannya waktu kecil.

Sampailah kami di depan wayang Mintaraga atau begawan Ciptaning. Mintaraga adalah perwujudan Arjuna sedang bertapa. Rambutnya hitam lebat, dibiarkan panjang bergelombang terurai.

Utam bercerita ringkas kisah Mintaraga. Awak pasti bisa bercerita lebih panjang dan detil tentang cerita epik Mintaraga dibanding Utam.

Syahdan,
Pada masa keprihatinan Pandawa, menjalani pembuangan 12 tahun gara gara kalah judi, diperdaya Korawa yang diotaki patih Sengkuni. Arjuna anak ketiga atau penengah Pandawa bertekad meraih kembali dan menemukan jalan untuk kebangkitan Pandawa yang sedang terpuruk.

Arjuna bertapa di Indrakila, gunung yang berkilau. Semedi gentur, berjuluk Mintaraga yaitu jiwa yang terpisah dari raga. Atau bagawan Ciptaning, diri yang hening mendekatkan diri kepada sang pencipta.

Arjuna bertapa tidak hanya membatasi makan minum dan tidur tetapi juga harus tahan menghadapi godaan empat nafsu yang bersemayam pada setiap manusia. Tetap bertapa walau digoda tujuh bidadari cantik dari Kahyangan.

Arjuna bertahan dan lulus. Memperoleh panah Pasopati dari Bathara Guru, pemimpin para dewa di Suralaya kahyangan jonggring salaka.

Pasopati adalah anak panah sakti yang akan menjadi kunci kemenangan Pandawa dalam perang brubuh. Perang akhir Bharatayudha, perang saudara
keturunan raja Bharata. Perang antara Pandawa dan Kurawa memperebutkan kerajaan Astina.

Pasopati memiliki dua arti utama. Pertama berarti pasti mati, yaitu siapapun yang terkena panah ini akan binasa. Kedua bermakna hewan yang mati, paso atau phasu yang berarti hewan. Bahwa pemilik panah ini telah berhasil mematikan nafsu hewani didalam jiwanya.

Selain senjata panah Pasopati, Arjuna juga mendapat karunia berupa cahaya diatas cahaya dalam dirinya. Dilambangkan dengan pernikahannya dengan dewi cahaya, yaitu dewi Supraba dari Kahyangan.

Bertapa, semedi, berpuasa dan banyak lagi laku laku bisa dijalani manusia untuk nggayuh kejernihan jiwa.

Mintaraga adalah salah satu inspiring story yang populer dalam penggalan kisah kisah Mahabharata.

Meneruskan menyusuri ruang museum wayang yang hening, kami berhenti didepan sosok wayang kulit raksasa besar. Raksasa berparas lembut berkulit putih. Itulah Kumbakarna, ujar Utam.
Dalam hati menduga, Utam pasti akan segera bercerita tentang Tripama. Benar saja Utam mulai berkisah mengenai Tripama, lancar.

Kumbakarna adalah salah satu adik Dasamuka raja Alengka. Adiknya yang lain seorang ksatria tampan bernama Gunawan Wibisana.

Tripama termuat dalam gending Dhandhanggula karya Mangkunegara lV Surakarta. Terdiri dari tujuh pupuh atau bait. Berkisah tentang keprajuritan dan kesetiaan dari 3 panglima perang yang layak dipama atau diteladani.

Bait 1 dan 2 gending Tripama menceritakan patih Suwanda atau Sumantri. Yang setia dan rela mati demi raja junjungannya, prabu Arjuna Sasrabahu.

Pupuh 3 dan 4 berkisah tentang Kumbakarna ksatria Alengka. Yang setia dan mati karena membela negaranya. Walaupun sebenarnya tidak setuju dengan laku dan cara kakaknya raja Rahwana atau Dasamuka memerintah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun