Restoran tempat breakfast belum buka.
Di meja reseption tersedia buah buahan, roti kering, teh, kopi dan susu untuk kami. Bergaya traveler sejati, dengan santai kami menikmati sarapan ala kadarnya sambil mencecap kopi panas Brazil tanpa gula. Kopi pahit dengan aroma dan rasa luar biasa, nikmat.
Akan segera berangkat ke bandara mengejar pesawat pagi ke kota Iguasu. Bus rombongan pun bertolak meninggalkan hotel Windsor California.
Lampu lampu jalan di pinggir pantai Copacabana masih nyala berpendaran, memberi suasana romantis pagi hari yang masih lengang. Barangkali inilah momen perpisahan selamanya dengan pantai legendaris ini. Atau entah siapa tahu awak suatu saat akan kembali lagi kesini. Tempat yang sangat jauh dari rumah, puluhan ribu kilometer.
Bus mulai meninggalkan kota. Di kiri kanan terlihat perbukitan dengan kampung kampung yang masih berkelap kelip membiaskan sisa cahaya lampu  terakhirnya pagi ini.
Oma Fatima menunjuk kiri kanan ke kampung itu. Kampung yang seolah tanaman rambat rumah rumah miring dari kaki sampai puncak bukit. Terlihat samar samar bercat warna warni. Itulah salah satu Favela kata Oma. Favela perkampungan kumuh menakutkan di kota Rio.
Konon Favela adalah perkampungan berbahaya yang dihuni oleh para kriminal. Perkampungan yang seolah negara dalam Negara. Memiliki aturan main sendiri. Dulunya Favela adalah wilayah yang disirik dan dihindari para pelancong.
Apakah betul Favela daerah berbahaya? Jawabnya bisa ya bisa tidak.
Suasana dan kehidupan Favela tergambar dengan bagus disalah satu adegan film Incredible Hulk si raksasa hijau versi baru. Tokoh yang menjadi kelinci percobaan tim militer Amerika untuk menjadikan manusia super hebat saat sedang bersembunyi di salah satu Favela.
Adegan pengejaran Hulk oleh pasukan tempur Amerika di Favela memberi gambaran tentang keberadaan kampung menakutkan ini. Jalanannya yang sempit, naik turun. Orang orang beringas berkeliaran. Rumah rumah berimpit berdesakan. Lingkungan dengan hawa sangar.
Rocinha adalah Favela terbesar dan terpadat di kota Rio. Tahun 2014 ketika Brazil menjadi tuan rumah sepak bola piala dunia Rocinha diserbu polisi.
Negara dalam Negara itu akhirnya dikuasai dan dikendalikan oleh aparat negara. Dalam rangka pengamanan penyelenggaraan piala dunia.
Konon saat ini beberapa Favela masih menjadi tempat tertutup dan berbahaya bagi orang luar. Namun beberapa diantaranya mulai membuka diri untuk dikunjungi wisatawan.
Bahkan ada banyak paket walking tour menyusuri Favela. Sepertinya tur itu cukup menarik, ngeri ngeri sedap. Sayang Latam tur kali ini tidak menyertakan program jalan jalan di kampung serem itu.
Melintas di jalanan wilayah Favela pagi itu. Nampaknya Favela favela itu masih terlelap belum jaga dari tidurnya.
Sampai di bandara Rio pagi itu, sudah cukup ramai. Kami pun berpisah dengan Oma Fatima yang beberapa hari ini setia memandu kami di kota Rio dan sekitarnya. Adios Oma, gracias terima kasih banyak.
Pesawat latam penerbangan paling pagi menuju Iguasu penuh penumpang. Tidak ada delay, terbang meninggalkan landasan tepat waktu.
Mengangkasa di langit Rio, perasaan campur aduk dan juga rasa kantuk.
Adios Rio. Kota yang penuh energi, seni dan kegembiraan.
4. Iguasu
Kantuk adalah lawan yang sulit ditaklukan, namun juga sahabat yang dibutuhkan. Begitu pesawat take off terlihat para penumpang rebah tak berdaya di tempat duduk masing masing. Pulas melupakan segalanya, suka ataupun duka.
Memang tidur obat mujarab bagi segala macam lelah dan penyakit. Paling tidak untuk sementara waktu.
Entah berapa lama terlelap, hentakan kecil pesawat menabrak awan membuat sebagian penumpang terjaga. Demikian juga awak.
Melihat arloji. Rencana penerbangan selama 2 jam seperempat itu tinggal sekitar 15 menit tersisa. Nyonya yang duduk mepet window sedang asyik memotret pemandangan di luar. Pesawat telah menurunkan ketinggian.
Ikut melongok keluar jendela, terlihat pemandangan unik tak biasa. Banyak bidang bidang luas, ladang pertanian  berwarna coklat dengan pinggiran tanaman hijau. Bidang pertanian ditepian perairan berliku liku berwarna hijau tosca bak lukisan bergaya kubisme raksasa, cantik. Daerah pertanian berpanorama unik menawan nampak dari ketinggian. Entah itu pertanian apa tak jelas kelihatan.
Tak berapa lama kemudian pesawat semakin terbang rendah. Sekitar pukul 10 pagi lebih, pesawat mendarat mulus di kota wisata Iguazu. Masih di negari Samba Brazil.
Tidak ada urusan Imigrasi dan Custom, pengambilan bagasi pun lancar.
Di pintu keluar, Marselo pemandu kami selama di Iguasu berdiri melambaikan tangan.
Marselo adalah latino tidak begitu tinggi. Wajahnya mirip Sean Penn bintang Hollywood mantan suami Madona. Hanya Marselo berkumis, Sean Penn tidak. Gayanya seenaknya, santai. Cenderung selengekan.
Bus meninggalkan bandara kecil Iguasu untuk lunch. Hari masih terlalu pagi untuk makan siang. Marselo dan Eric menawarkan tur tambahan. Melihat air terjun Iguasu dari udara. Melengkapi acara kami nanti siang, berjalan kaki menyusuri tepian sungai Iguasu sampai di pusat air terjun.
Ternyata banyak yang berminat. Jadilah bus menuju terminal khusus Helicopter.
Heli berkapasitas 5 orang termasuk pilot itu mengudara sekitar 15 menit disekitar air terjun Iguasu.
Heli bermanuver miring sana miring sini, memberi kesempatan penumpang mengambil foto dari udara dengan berbagai posisi.
Iguasu Falls new nature seven wonder. Helicopter terbang 200 meter diatasnya. Deretan air terjun spektakuler terhampar di bawah sana.
  bersambung