Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Piknik di Ci Joglo Semar, Capter 5

31 Agustus 2019   07:04 Diperbarui: 31 Agustus 2019   07:13 36 2
#Asam Jarang, ibukota Propinsi Jawa Tengah yang Semarak#

Mobil meninggalkan Masjid Attaqwa, menyusuri jalanan kota Cirebon yang terik.

Meliuk, berbelok sedikit. Di sebelah kiri terpampang gerbang yang akrab sejak puluhan tahun lalu. Gerbang, plang melengkung, tulisan dan latar belakang warna biru yang sama. Masih seperti dulu. Kantor Pelabuhan Cirebon.

Terkenang malam malam nge band di kantor itu usai acara resmi. Bersama  grup Band kantor, bermain sangat antusias. Rasanya belum lama, ternyata sudah hampir sepuluh tahun lalu. Sebenarnya kangen juga pingin mampir di kantor ini bertemu teman teman lama, namun hari telah mendekat senja. Harus bergegas.

Ah.... terkadang waktu terasa berlalu secepat cahaya. Namun kenangan tetap ada, selalu bersisa. Tertinggal.

Semoga teman teman di kantor pelabuhan Cirebon sehat sehat dan berjaya semuanya. Sukses mencapai misi perusahaan.

Dipikir pikir kalau bertandang ke kota Cirebon mestinya minimal dua hari. Harus bermalam. Bisa lebih longgar mengunjungi banyak tempat lain. Masih banyak destinasi menarik yang belum diresapi. Meskipun dulu pernah singgah, namun hanya sekedar lewat. Seperti Keraton Kacirebonan, Kasepuhan, Kanoman, Makam Sunan Gunung Jati, Linggarjati, Sumber Air panas Sangkan Urip, Makan di resto lereng gunung Ciremai, berenang bersama ikan Dewa di kolam Cibulan Kuningan dan masih banyak yang lain. Dan tentu saja menikmati suasana malam yang semarak. Dengan lesehan nge teh poci di depan Keraton, sambil mengenyam Juadah bakar.

Cirebon memang oye untuk tetirah. Apalagi kalau trotoar lebih rapi dan bersih. Juga kaki lima yang semakin tertata. Pasti wisatawan ingin tinggal berlama lama di kota Udang ini.

Lain kesempatan perlu berkunjung lagi. Toh kini Cirebon tidak jauh lagi dari Jakarta.

Mobil meneruskan perjalanan. Tak berapa lama  melewati gerbang tol, berbelok kiri dan melesat kencang ke Timur.

Siluet siluet jingga mulai menghiasi langit. Di sebelah kanan jauh, nampak temaram kebiruan Gunung Ciremai yang misterius. Menjulang membayang dibalik   awan putih tipis. Ada cerita setempat, konon selain dari kaki Gunung Lawu suatu saat nanti dari lereng Gunung Ciremai akan muncul sosok orang bijak yang akan memimpin bumi Nusantara. Entahlah apakah benar dan kapan itu akan terjadi.

Mobil semakin menjauh memunggungi Gunung Ciremai. Di kiri kanan mobil, angin mendesis pelan bak senandung para insan kesepian. Nglangut, menunggu datangnya pujaan.

Driver santai, menghela nikmat di jalanan lengang. Tiyang memicingkan mata, menahan godaan terlelap kala senja. Membayangkan beberapa tahun mendatang, menyusuri jalur trans Jawa atau trans Sumatera bakalan tidak kalah menarik dengan merambah highway di Eropa, Amerika, Cina atau Jepang. Lancar, indah dan aman.

Tengah melamun, tiba tiba jauh di depan sana dalam lumuran biasan bercak sinar Mentari, menjulang sosok melengkung merah di tengah jalan. Gigantik.

Semakin dekat, semakin jelas. Sosok ini pernah trending di medsos. Itulah jembatan baru Kali Kutho di wilayah Weleri. Tinggi, bentangannya lebar menaungi kendaraan kendaraan yang nampak kecil melintas dibawahnya.

Jembatan Kali Kutho tegak perkasa. Lebar, panjang, megah dan begitu merah. Indah.

Mobil melaju dibawah jembatan merah tanpa mengurangi kecepatan. Tak lupa menjepretkan HP andalan, mengabadikan sosok merah raksasa itu.

Warna jingga semakin meriah berarak di langit. Pertanda senja bertambah tua, mobil berbelok ke kiri. Menuju eksit untuk segera masuk kota Semarang.

Semarang adalah kota yang dirintis Ki Ageng Pandan Aran 1, sekaligus ki Ageng pula yang memberikan nama Kota pantai dipesisir utara Jawa ini.

Saat berkeliling wilayah yang dipercayakan padanya meninjau daerah yang subur. Di tengah lahan pertanian menghijau ki Ageng melihat jejeran pohon pohon Asem atau Asam yang berjarak arang arang. Atau jarang jarang. Penampakannya begitu perkasa sekaligus indah memberinya inspirasi. Maka jadilah ki Ageng memberikan nama Asem Arang atau Semarang kepada wilayah ini. Abadi hingga sekarang.

Kini Semarang adalah kota terbesar ke empat di Indonesia. Kota pelabuhan yang terus berkembang dan mempercantik diri. Sore ini kami datang mengunjungi.

Tujuan pertama kami adalah Kelenteng sangat populer dan bersejarah. Kelenteng Sam Poo Kong, tempat petilasan ketika Laksamana Cheng Ho menyandarkan Kapalnya di Semarang pada abad 15 Masehi.

2.1. Kelenteng Sam Poo Kong.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun