Masih membekas sampai sekarang bagaimana pahitnya Manchester United (MU) mempertahankan gelar untuk ketiga kalinya secara beruntun, dikarenakan tetangga gaduh yaitu Manchester City meraih kemenangan di menit² akhir melalui gol Sergio Kun Aguero (13/5). Bicara mengenai kiprah sebuah prestasi klub eropa, tentu tidak bisa lepas dari unsur pelatih maupun pemain top, dan untuk mendapatkan kedua unsur tersebut dibutuhkan dana yg tidak sedikit. Tak salah bila beberapa klub eropa terutama klub² papan atas berlomba² untuk mendapatkan tanda tangan kontrak sang pelatih maupun pemain terbaik. Mengingat di benua biru olahraga sepakbola sudah kearah dunia industri, maka tak heran bila beberapa investor membeli sebagian besar saham klub untuk bisa mengendalikan klub hingga bisa berprestasi.
Pergerakan para investor sebenarnya sudah ada jauh sebelum era sekarang ini, karena pada saat itu masih langka sehingga tidak banyak yg mengikuti jejak Masimo Moratti yg selalu jor²an mendatangkan pemain² top ke Inter Milan. Kebetulan pada era 90-an Liga Italia begitu populer diantara liga² eropa lainnya, sampai² terdapat tujuh klub papan atas yg menjadi penghuni tetap klasemen Serie-A sebut saja AC Milan, Juventus, Inter Milan, AS Roma, Lazio, Fiorentina dan AC Parma. Tetapi ketika ada kasus calciopolli, popularitas Serie-A semakin menurun. Berikut beberapa contoh klub yg dimiliki investor yg disokong dengan dana tak terbatas yg menuai prestasi.
Liga Inggris
Memasuki tahun 2003 taipan minyak asal Rusia Roman Abramovich membeli sebagian besar saham Chelsea yg otomatis berhak menjadi pemilik yg kemudian membeli beberapa pemain top agar mendongkrak prestasi Chelsea untuk bisa bersaing dengan MU, Arsenal, dan Liverpool. Biaya sebesar apapun bukan menjadi halangan bagi Abramovich demi ambisinya meraih juara Liga Inggris. Akhirnya selama penantian kurang lebih 30 tahun, di tangan Jose Mourinho Chelsea meraih gelar Liga Inggris dua kali beruntun pada musim 2003-2004 dan 2004-2005.
Tidak sampai disitu, kiprah klub² Inggris diikuti oleh Manchester City yg pada tahun 2007 investor luar asal Thailand Thaksin Sinwatrha membelinya yg kemudian merekrut beberapa pelatih hingga bergagonta/i tiap musimnya hingga pada akhirnya dibeli kembali oleh taipan asal Uni Emirat Arab Sheikh Mansour di tahun 2009 yg akhirmya mendapatkan gelar juara di tangan Roberto Mancini dengan menggondol Piala FA 2010-2011 dan yg terbaru gelar Liga Inggris 2011-2012. Sebenarnya langkah tersebut dialami juga oleh klub MU dengan dibeli oleh pengusaha asal Amerika Glazer dan Liverpool dengan John W Henry asal Amerika. Selain itu juga ada beberapa klub Inggris lainnya yg dimilki oleh investor luar, namun agresi investor ini tidak sebegitu masifnya dalam merombak klub dibanding Chelsea dan Manchester City.
Liga Spanyol
Tak mau ketinggalan Malaga pun melakukan hal yg sama dengan investor luar asal Qatar Abdullah Al-Thani mereka merekrut beberapa pemain bintang dan pelatih berkualitas seperti Manuel Pellegrini. Seolah ingin menyaingi kiprah dua klub besar Spanyol yaitu Real Madrid dan Barcelona. Walaupun tidak memperoleh gelar musim ini, namun Malaga berhasil bercokol di peringkat empat besar yg meloloskan tiket menuju Liga Champions. Bisa jadi ini merupakan sebuah prestasi mengingat sebelum kedatangan investor, Malaga hanyalah sebuah klub kecil yg paling bagus hanya menduduki tengah klasemen.
Liga Perancis & Rusia
Rupanya sepakbola benar² sudah menarik para investor untuk berkecimpung di dunia sepakbola untuk melebarkan sayap bisnisnya. Lihat saja liga yg suasana kompetisinya kurang kuat seperti Perancis dan Rusia saja bisa menarik para investor. Seperti halnya klub Perancis Paris Saint Germain (PSG) yg dimiliki Nasser Al-Khelaifi asal Qatar yg merekrut pelatih sekaliber Carlo Ancelotti dan beberapa pemain bintang yg pada akhirnya meraih gelar juara Ligue-One. Lalu klub asal Rusia Anzhi Machakala yg dimilki investor lokal Suleyman Kerimov dengan merekrut beberapa pemain bintang yg berkiprah di liga eropa seperti Roberto Carlos dan Samuel Etoo. Walaupun klub Anzhi belum menuai gelar di musim ini, rasanya ini cukup menjadi sinyal kuat bahwa Anzhi layak diperhitungkan di musim² berikutnya.
Dari paparan tersebut, sudah terbukti bahwa uang bisa merubah nasib sebuah tim untuk berprestasi. Namun rasa²nya uang juga bukanlah harga mati untuk meraih prestasi. Masih ada beberapa klub yg menjaga tradisi dalam hal manajemennya tetapi tetap memperoleh prestasi.