Zan, Zendegi, Azadi
Atau yang akan kita terjemahkan dengan Women, Life and Freedom atau Wanita, Kehidupan dan Kebebasan mengacu kepada slogan demonstrasi besar-besaran yang sedang terjadi di Iran saat ini. Keberadaan pergerakan perjuangan perempuan yang semakin mencuat di Iran tidak lepas dari bagaimana pergerakan feminisme yang sudah lama ada, namun kematian Amini menjadi sebuah pantikan besar untuk memulai protes besar besaran. Demonstrasi besar-besaran yang terjadi saat ini bukanlah revolusi baru yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat Iran, demonstrasi besar ini merupakan rantai panjang yang belum berujung yang dihasilkan setelah bertahun-tahun perempuan melawan rezim dan menentang peraturan-peraturan yang menindas perempuan.
Aksi demonstrasi yang kini terjadi pun tak luput diwarnai dengan kekerasan antar aparat dengan demonstran, HRANA memberikan data, hingga senin 12 Desember 2022 terdapat 490 demonstran dan 62 aparat tewas, dan 18.262 orang diperkirakan menjadi tahanan, para korban meregang nyawa setelah dipukuli, ditembak bahkan digantung. Hal ini banyak dikecam oleh aktivis HAM dan perempuan dunia terlebih dalam aksi protes kali ini perempuan menjadi sasaran utama tindakan represif aparat, dikutip dari The Guardian para demonstran perempuan dalam protes ini ditembaki dengan senapan angin, shotgun bahkan pistol yang diarahkan ke wajah, payudara dan area kewanitaan lainnya. Hal ini pun memicu kemarahan yang lebih besar dari pihak internasional, bahkan buntut dari kaskasusus ini berujung pada pengeluaran Iran dari badan hak-hak perempuan PBB.
Personal is Political
Konsep perjuangan yang acapkali kita dengar yang telah lama lahir sejak gelombang feminis kedua bisa menjadi dasar pergerakan perempuan Iran yang dibawa. Konsep ini menyadari bahwa politik analisis terhadap identitas dalam pengalaman pribadi perempuan merupakan jalan pembebasan bagi perempuan itu sendiri. Kematian Amini pada September lalu merupakan pantikan dahsyat dengan pembuktian bahwa perempuan bisa mengatur diri mereka dalam politik secara mandiri. Gerakan besar itu ternyata membuka kesadaran terhadap perempuan dan beberapa warga sipil lainnya bahwa kehadiran perempuan dalam kelompok politik yang besar, beberapa komunitas serikat pekerja dan partai kiri sangatlah penting. Kematian Amini tak hanya menggambarkan cacatnya sistematika aparat di Iran, tetapi juga menampakkan dengan jelas betapa brutalnya rezim terhadap perempuan dan kaum minoritas lainnya. Lebih dari itu, unsur dan intrik politik ikut membumbui pergerakan ini, karena bagaimanapun Amini merupakan seorang perempuan Kurdi, yang mana etnis ini merupakan etnis minoritas yang paling tertindas di Iran. Bukan hanya perihal rasa empati yang diberikan, lebih dari itu, perempuan-perempuan Kurdi sadar dan dapat memahami secara khusus makna politik atas kematian Amini di tangan para polisi Iran.
Dampak Demonstrasi
Pemberhantian Polisi Moral
Beberapa minggu yang lalu, pemerintah Iran memberhentikan sementara polisi moralnya akibat dari demonstrasi besar-besaran yang terjadi. Hal ini mengindikasikan awal keberhasilan dari protes, namun pemberhentian ini juga dapat dinilai sebagai cara pemerintah untuk meredam protes.
Mogok Kerja 3 Hari
Para demonstran menyerukan pemberhentian segala kegiatan ekonomi selama 3 hari dari tanggal 5-7 Desember sebagai tekanan dan ancaman kepada pemerintah agar menjawab tuntutan para demonstran.
Pengeluaran Iran dari Badan hak-hak Perempuan PBB
Pada Rabu 14 Desember Iran dikeluarkan dari Badan Hak-Hak Perempuan PBB setelah Amerika Serikat mengeluarkan resolusi untuk mengeluarkan Iran dan didukung oleh 29 negara dari 54 negara anggota Badan Perempuan, hal ini disebabkan karena kekecewaan anggota Badan Perempuan terhadap tindakan represif aparat Iran terhadap para demonstran khususnya para perempuan dan anak kecil yang banyak menjadi korban dan tindak kekerasan.