Singkat cerita ketika keadaan kerajaan sedang tidak baik-baik saja ketika para Pandawa meninggalkan kerajaan menuju hutan ke tempat pengasingan. Kemudian pada saat itu Dritarastra menanyakan kepada Widura untuk menceritakan keadaan kerajaan saat keberangkatan Pandawa pergi meninggalkan kerajaan. Setelah Widura menceritakan itu semua, Dritarastra merasa sedih dan cemas. Lalu tak lupa juga ia menanyakan tentang rakyat nya setelah para Pandawa meninggalkan kerajaan.
Pada saat itu Dritarastra sedang memberi nasihat kepada Widura karena ia sadar bahwa Widura lebih bijak dari pada dirinya. Namun pada saat itu ia kesal karena mendengar nasihat-nasihat Widura lalu Dritarastra berkata dengan lantang, seperti ini kutipan dalam novelnya "Hai Widura, diamlah! Engkau selalu
bicara dengan nada memihak Pandawa dan menjelek-jelekkan anak-anakku. Engkau tidak pernah menghargai kebaikan kami. Ketahuilah, Duryodhana terlahir dari darah dagingku. Bagaimana mungkin aku mengenyahkan dia? Apa perlunya engkau menasihatiku tentang pekerti-pekerti luhur? Aku tidak percaya lagi padamu dan aku tidak membutuhkan engkau lagi. Kalau kau mau, kau bebas mengikuti Pandawa ke mana pun." Â
Kemudian setelah berkata seperti itu, Widura merasa sedih dan bergegas pergi dengan mengambil keretanya lalu dengan sekencangnya menyusupi hutan rimba dan menemui para Pandawa. Lalu setelah kepergian Widura itu, Dritarastra merasa semakin gundah, yang seharusnya ia tidak melakukan itu.
Dari sini kita belajar bahwa lebih baik berpikir terlebih dahulu untuk mengatakan sesuatu daripada mengatakan namun akhirnya melukai orang lain. Pada akhirnya kita sendiri yang menyesal karena perbuatan diri sendiri yang telah melukai orang lain dengan perkataan kita.