Jakarta itulah tempat menguji nyali dan menguji sejauh mana tingkat kesabaran kita ketika berada di Jakarta! kesabaran dalam menguji keimanan terutama, kesabaran dalam menghadapi macet, kesabaran dalam hidup sendiri-sendiri dan banyak kesabaran lainnya yang benar-benar menjadikan tantangan yang paling besar bagi siapapun yang berada di Jakarta.
Banyaka celah dan cara yang dapat menghancurkan keimanan kita di Jakarta, jika kita tidak sanggup melawan segala sesuatu yang dapat membawa diri kita kepada perbuatan yang merusak iman maka bersiaplah dengan gampangnya keimanan itu akan terenggut dari diri kita.
Dalam hal kesabaran menghadapi macet di Jakarta, ini menjadi keunikan tersendiri bagi para pendatang. membutuhkan waktu beberapa hari untuk memulai awal penyesuaian diri dengan alam macet yang memang belum sanggup dicegah di Jakarta. Busway yang merupakan transportasi umum tapi khusus untuk mencegah macet di jakarta, ada waktu-waktu tertentu memang Busway itu juga ikut-ikutan macet dengan kendaraan lainnya. Disebabkan terkadang ada juga kendaraan pribadi yang menggunakan jalur khusus busway untuk dilaluinya, sehingga busway juga ikutan macet seperti kendaraan pada umumnya.
Keunikan lainnya ketika berada di busway adalah kesabaran jika kebelet pipis, karena busway tidak menyediakan fasilitas toilet seperti yang disediakan oleh bus-bus besar. Anehnya, selama di dalam busway belum pernah kejadian bahwa seseorang kebelet pipis. Pernah mengalami kemacetan selama 6 (enam) jam dan kami berada di dalam busway, tapi tidak ada seorang pun yang kebelet pipis. Hanya saja kesabaran penuh yang harus ada bagi kita untuk sanggup berdiri di dalam busway selama 6 jam perjalanan. padahal jika keadaan normal hanya menghabiskan waktu 1 s/d 2 jam perjalanan. Misalnya seperti kami pernah ke pondok indah naik busway dari harmoni central busway. disaat itulah kami menghabiskan waktu dalam perjalanan 6 s/d 7 jam untuk sampai ke tempat tujuan dengan posisi saat itu berdiri. Jika diperkirakan perjalanan transportasi di Aceh, 7 jam itu adalah waktu yang sangat lama, sedangkan di jakarta 7 jam itu adalah waktu yang sangat singkat.
***
Kawan saya pernah berkata: "Hidup di jakarta itu jangan pernah melupakan pepatah anak rantau yaitu "Lebih baik mati kawan, daripada mati kelaparan."
Entah bagaimana makna dari pepatah itu, yang jelas maksud utama dari pepatah itu adalah menjalani hidup sendiri-sendiri tanpa mencampur urusan orang lain. Dan inilah kekejaman sosial hidup di kota-kota besar, kita harus mampu bersaing hidup dengan orang lain, bukan orang lain mengajarkan demikian untuk kita tapi keadaanlah yang menuntun kita untuk selalu bersaing. Jika tidak mampu bersaing, maka kita akan terancam mati kelaparan. Demikian katanya!