Dalam pemaparannya, Edi Ermawan menjelaskan bencana merupakan peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan masyarakat, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non-alam, maupun akibat ulah manusia.
"Bencana tidak hanya menyebabkan korban jiwa dan kerusakan lingkungan, tetapi juga dapat menimbulkan dampak psikologis, seperti trauma," jelas Edi. Ia menambahkan trauma adalah salah satu bentuk dampak bencana yang sering kali tidak terlihat secara fisik, namun berdampak pada kesejahteraan mental masyarakat.
Lebih lanjut, Edi menuturkan bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, dan tanah longsor, sering terjadi di Indonesia, termasuk di Aceh yang pernah mengalami bencana besar, yaitu tsunami tahun 2004.
"Tsunami merupakan salah satu jenis bencana alam yang disebabkan oleh gempa bumi di laut, dan kita harus waspada karena wilayah Aceh sangat rentan terhadap bencana alam ini," ujarnya.
Selain bencana alam, Edi juga menjelaskan bencana non-alam, seperti kegagalan teknologi, konflik sosial, dan penyebaran penyakit, juga dapat menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat.
"Aceh sendiri dilaporkan BMKG sering mengalami gempa bumi, baik yang terasa maupun tidak, sehingga masyarakat harus selalu siap siaga," tambahnya.
Sementara itu, Ketua Senkom Provinsi Aceh, Mufti Al Mahfudz, mengatakan sosialisasi ini sangat penting, terutama bagi anggota Senkom dan masyarakat Aceh secara umum.
"Kami sengaja mengundang Ketua Departemen PBSAR PP Senkom Pusat untuk memberikan edukasi langsung kepada masyarakat. Edukasi ini bertujuan agar masyarakat, khususnya anggota Senkom, memiliki pengetahuan tentang bagaimana menghadapi bencana, baik sebelum, saat, maupun setelah kejadian," kata Mufti.
Mufti juga menekankan bahwa Aceh merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap bencana alam, terutama gempa bumi. "Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada masyarakat tentang cara mengantisipasi dan meminimalisir risiko bencana. Kita juga melibatkan beberapa kabupaten/kota yang sering terdampak bencana, seperti Aceh Utara, Lhoksokun, dan Aceh Timur, serta mengadakan sosialisasi secara daring bagi anggota yang tidak dapat hadir," jelasnya.
Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian peringatan Bulan Risiko Bencana di Provinsi Aceh. "Kami berharap melalui kegiatan ini, masyarakat Aceh, khususnya warga di pondok pesantren, lebih siap dan tanggap dalam menghadapi bencana di masa mendatang," tutup Mufti. (M)