AFI langsung saja bergegas pulang setelah ujian kognitif usai karena dia ingin ikut berbelanja bersama ibu angkatnya, atau mungkin lebih ke kakak perempuan angkat, sebab orang itu berwajah muda cantik namun entah kenapa berubahnya bisa begitu banyak, sangat menarik perhatian sekaligus mencurigakan, karena kebetulan orang itu ekspresinya kejam, sehingga kesannya seperti psikopat dingin, meski begitu AFI sama sekali tidak ngeri dan malah sebaliknya, dia sangat menyayangi perempuan tersebut. Orang tersayang yang sudah AFI anggap sebagai ibu sekaligus kakak itu biasa dipanggil Manda.Ketika mereka sepakat untuk istirahat sejenak di kafe dengan membawa banyak kantung belanjaan, mereka membicarakan banyak hal yang menyenangkan sekalipun Manda berwajah datar, begitu sampai akhirnya Manda bertanya tentang ujian AFI tadi pagi saat pesanan mereka berdua terhidang di meja.AFI perlahan mulai muncul rasa takut dan bersalah kalau sampai membohongi Manda, lebih baik terus terang saja ucapnya dalam hati. Pengalaman enam tahun mengenal Manda mengajari AFI bahwa orang di depannya ini tak mungkin ditipu. Manda memang seolah bisa membaca pikiran orang. Saat ini, bukan untuk pertama kalinya, AFI kembali mengira barangkali Manda dulunya psikolog atau semacamnya, tetapi seketika AFI ingat pikirannya itu jelas salah.