Kami duduk dibelakang reruntuhan rumah Pendi. Di rumah rerentuhan itulah, Pendi tidur beralaskan tikar, dindingnya masih kosong dan atap rumahnya masihbolong-bolong. “Di rumah ini saya tidur, bapak, ibu dan kedua adik saya tidur di rumah darurat sebelah sana”, kata Pendi kepada saya (27/12/2009), sambil menunjuk rumah yang hampir roboh akibat gempa yang berdinding papan bekas, dengan atap seng yang dibalut terpal hijau, ukurannya 4 x 6 cm.