Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Puisi: Jalan Terakhir untuk Kembali

10 Maret 2024   10:12 Diperbarui: 10 Maret 2024   10:21 239 39
Tubuh tegap, suara lantang
Empat ratus lebih sayap melekat di jasad
Ribuan tangan menggantung di lengan
Kepala melekat pada telapak kaki,punggung,dan  bahu
Raut  wajah menghentikan degupan jantung
Matanya tajam  menghela  jiwa berpamitan dengan tubuh

Tujuh puluh kali per hari, Dia bertandang di wajahmu  dalam geram dan garang
Dua puluh satu menit sewaktu Ia  mendonggak wajahnya di wajah mu
Lapisan angin dan iman membutakan.matamu

Mengapa Kau lalai kawan?
Sejak  Kau meraung-raung  menatap sadisnya dunia
Napak tilas sudah mulai Kau rintis
Waktu telah menyeretmu menuju hari tak bermalam
Catatan hidup kau lukis dengan tinta kesombongan

Tahukah kawan?
Sang pemikul jiwa berjutai di antara khatulistiwa
Menunggu tetesan warna dari daun kematian yang mengantung di kandil aras
Jalan pulang Kau telusur lewat warna  tumpah dalam cawan kematian

Berapa lama Kau bersenda dalam maya?
Sudah Kau sepakati ketika dalam sulbi
Bagaimana kau melayari bumi tak bersegi?
Telah Kau jawab lewat cara selingkuhi hidup

Mari kawan...!
Bercermin pada malam tak berbayang
Menyimak diri dikeramain  jiwa
Selami luasnya rongga dada membahana
Berteduhlah pada onggokan daging memerah
Rasakan getaran saluran pipa di nadimu


Lhokseumawe,  Maret 2024

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun