Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Minimnya Nilai Spiritualitas Kepemimpinan Jokowi-Ahok

19 Januari 2014   01:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:41 137 2
Banjir yang melanda beberapa daerah di indonesia belakangan ini sangat menguras energi dan perhatian seluruh elemen. Betapa tidak, hujan yang semestinya menjadi anugerah malah berubah menjadi bencana. Hampir seluruh media di negeri ini menjadikan banjir sebagai sorot utama pemberitaan. 

Salah satu daerah di indonesia yang menjadi langganan banjir adalah ibu kota Jakarta. Uniknya, yang membuat miris justeru bukanlah fenomena banjirnya. Tapi lahirnya fenomena baru yang membuat banyak orang tercengang melihatnya. Yakni sikap dan gaya kepemimpinan jokowi selaku gubernur DKI dalam menangani banjir. Bukanlah jokowi namanya jika tindakan dan ucapannya tidak mengalihkan dunia. Maksudnya dunia pemerhati jokowi. Salah satunya adalah kesan jokowi yang gemar menyalahkan. Wajar apabila Hal ini disambut dengan reaksi keras oleh manajer penangan bencana Walhi, Mukri Friatna yang mengatakan bahwa jokowi musyrik karena telah menyalahkan hujan yang menjadi penyebab banjir jakarta.
Selain menyalahkan hujan, jokowi juga turut menyalahkan daerah lain sebagai salah satu pemicu banjir di jakarta. Termasuk menyalahkan gubernur-gubernur pendahulunya. Sikap yang kurang bijak tentunya, sebab tanggung jawab dan konsekuensi jokowi sebagaiseorang pemimpin sangat besar. Begitupun dengan setiap ucap kata yang keluar dari mulutnya harus menjadi cerminan bagi diri begitupula terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Langkah fokus yang mesti dilakukan jokowi adalah mengaktualisasikan perubahan-perubahan konstruktif, bukan menyalahkan dan mencari kambing hitam dari apa yang menjadi tanggung jawabnya saat ini. Sebab dengan menyalahkan alam, topografi wilayah dan orang lain justeru akan melahirkan imej minimnya nilai-nilai spiritual kepemimpinan jokowi selaku gubernur. Hal tersebut akan menjadi bumerang dan berakibat tergerusnya kepercayaan masyarakat. Padahal animo terhadap isu pencalonannya sebagai capres 2014 mulai merebak. Sedangkan di sisi lain, masyarakat Negeri ini merindukan seorang pemimpin yang berkepribadian kokoh, bervisi jauh ke depan, empati pada sekeliling, dan memiliki nilai spiritual leadership dalam kepemimpinannya. Bukan seorang pemimpin yang gemar mencari-cari kesalahan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun