Bahkan usangnya telah raib termakan usianya
Desau angin kampung mengajakku bicara
Ditemani teduh kopi meledek sambil tertawa
Lelahku mengajakku masuk ke sebermula
Membanting tubuhku ke kasur tanpa busana
Dekorasi kecil melambai dari muka almanak kusut
Reot pilarnya menjerit tak sanggup lagi bertaut
Sejawatku berhamburan ke rongga hampa
Negeri asalnya timbul di sela bunga tidurnya
Sanak saudara sekarat menanti pulangnya
Sisanya berdialog dengan cermin melankolia
Lekas aku mencoba menemui Tuhanku
Seorang diri di punggung sebuah surau
Doaku beterbangan mencoba saling terkabul
Sedikit syukurku sejenak membantuku terpukul
Aku dan lamunanku kembali merangkum
Merawat segudang angan yang masih ranum
Langkahku tegap menyusul sisa takdirku
Hingga liang terbuka menangkup ajalku
BigD