Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Lebaran dan Seragam Merah Putih

2 September 2010   02:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:31 203 0
[caption id="attachment_246802" align="alignleft" width="300" caption="sumber: http://abdi-husairi.blogspot.com"][/caption]

Lebaran. Orang-orang akan sibuk. Pasar juga ramai. Ada yang pulang kampung. Ada yang membuat kue. Dan jangan lupa: baju baru!

Baju baru pada lebaran mengingatkan saya pada banyak hal di masa lalu. Ketika saya belum akil-baligh di tahun 80-an akhir hingga 90-an. Tentu saja saya senang dibelikan baju baru. Karena hanya dengan begitu saya dibelikan baju baru. Lain waktu itu seingat saya jarang sekali, atau malah belum pernah.

Lebaran, waktu bagi saya untuk mengganti pakaian yang sudah lusuh atau yang banyak noda getah pelepah pisang. Sama halnya dengan teman-teman masa kecil saya. Saya tidak tahu mengapa juga mesti pada waktu lebaran kami dibelikan baju. Mungkin karena kami hendak bepergian ke sanak famili, yang kadang jauh jaraknya. Makanya kami dibelikan baju untuk bepergian itu. Bukankah kami tidak punya baju yang layak untuk bepergian, sebab kami juga tidak pernah pergi ke mana-mana?

Mungkin begitu alasan saya saat ini mengapa kami, saya dan teman-teman saya, waktu itu menyambut lebaran dengan suka cita dengan baju baru.

Ya itu tadi. Kami akan punya baju baru kalau lebaran. Nah, pada waktu lebaran pula ada beberapa teman saya yang dibelikan baju seragam sekolah. Seragam sekolah dasar. Merah putih atau seragam Pramuka. Setiap tahun bukan hanya satu keluarga. Berganti lebaran berganti anak yang dibelikan baju seragam.

Lalu, apakah mereka, yang mendapat hadiah seragam dari orangtuanya kala lebaran itu juga dibelikan baju bepergian? Tidak. Mereka akan berlebaran dengan baju itu. Seolah-olah mereka berangkat sekolah setiap hari.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun