Bahasa Indonesia kerap diremehkan, bahkan dikesampingkan oleh masyarakat. Misalnya, beberapa masyarakat masih belum mengerti penggunaan imbuhan
meN-,
 yang
 jika bertemu dengan kata dengan huruf berawalan
k,
t,
s, dan
p, seperti kata
sapu, bukan lantas menjadi
mensapu, melainkan menjadi
menyapu karena huruf
s di awal kata melebur. Banyak dari masyarakat yang menganggap hal tersebut sebagai hal kecil dan tidak penting. Anggapan ini pun membuat masyarakat Indonesia malas melihat kamus, sehingga banyak terjadi kesalahpahaman dalam berbahasa Indonesia. Contoh lain yang sering ditemui adalah penggunaan kata
absensi. Masyarakat Indonesia menganggap bahwa
absen adalah
hadir. Padahal, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
absen malah berarti
tidak hadir (2016: 4). Contoh lain penggunaan bahasa Indonesia yang kurang benar terdapat di dalam situs jejaring sosial. Pengguna situs jejaring sosial sering kali mengabaikan kebakuan bahasa Indonesia dengan faktor tertentu seperti persingkatan waktu dan kegengsian.
KEMBALI KE ARTIKEL