Mujahidin Wirawan
MAHASISWA FKIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Rencana pemerintah untuk melakukan pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terus menuai pro-kontra di masyarakat. Aksi penolakan pembatasan BBM bersubsidi bukan hanya ramai di bicarakan saat ini, pada awal 2010 atau tahun-tahun sebelumnya memang sudah terjadi sikap penolakan sangat keras dari masyarakat. Aksi demonstarsi baik dari kalangan mahasiswa, aktivis LSM sebagai Agen dalam penyampai aspirasi. Bahkan pengamat ekonomi dan intelektualpun ikut menyumbangkan perhatian mereka dengan memberikan alternatif solusi yang mungkin bisa pemerintah kaji. Dan yang menjadi korban dari kebijakan pemerintah ini ialah Masyarakat lapisan bawah yang memang masih bergantung pada penggunaan Bahan Bakar untuk kegiatan keseharian pencarian lahan nafkah mereka. Ataupun efek dari pembatasan subsudi, kenaikan haraga BBM memicu peningakatan biaya operasional produksi dan berujung pada kenaikan harga kebutuhan pokok mereka. Tentunya akan semakin mencekik dan menambah beban penderitaan mereka ditengah era krisis yang belum usai dan era pasar global yang belum mereka rasakan nikmatnya.
Pembatasan BBM bersubsidi akhirnya ditunda Pada awal tahun 2011 mendatang, pemerintah akan mulai melakukan pembatasan BBM bersubsidi. Hanya mobil angkutan umum, motor dan kalangan nelayan yang dapat mengakses BBM jenis premium serta solar. Sementara mobil berpelat hitam tak lagi diperkenankan mengkonsumsi BBM jenis tersebut.Keputusan itu diambil setelah delapan fraksi di Komisi VII DPR memberikan pandangannya. Mungkin ini kabar yang sedikit memberi hela nafas bagi para pengguna transportasi atau pemilik kendaraan.