[caption id="" align="aligncenter" width="530" caption="Suara Jakarta - Menimbang Foke di Jakarta & Jokowi di Jawa Tengah"][/caption] Pilgub DKI Jakarta memang menarik perhatian semua pihak. Sebagai ibukota negara, Jakarta memang sangat strategis terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Bisa dibilang, siapa yang menguasai Jakarta maka itu adalah pintu untuk menguasai Indonesia. Statement ini mungkin subjektif, tapi ini yang banyak berkembang di pikiran masyarakat. Jakarta seolah-olah sebuah aset yang wajib dikuasai. Keberagaman masyarakat Jakarta menjadikan kota ini bagai sebuah miniatur negara. Berbagai macam suku dan agama tinggal dalam sebuah kota dan saling berinteraksi terhadap sesama. Menunjukkan betapa keharmonisan sangat dijunjung tinggi di kota ini. Dan penduduknya juga sudah saling memaklumi tentang perbedaan di sekitar mereka. Terlebih lagi derajat sebagai wilayah perkotaan yang didominasi oleh kaum berpendidikan tinggi membuat masyarakatnya bisa berpikir lebih matang. Keadaan ekonomi yang sangat timpang antara desa dan kota merupakan salah satu penyebab orang-orang dari luar berdatangan ke Jakarta. Banyak masyarakat perkampungan yang tergiur dengan kisah keberhasilan teman dan keluarga mereka ketika mengadu nasib di Jakarta. Sebagai kota metropolitan, Jakarta juga dilirik oleh kalangan pebisnis dan masyarakat kelas atas. Mereka yang menginginkan tinggal di suasana perkotaan dengan fasilitas lengkap dan mewah. Semua bercampur menjadi satu, dalam sebuah kota bernama Jakarta. Ketimpangan ini menjadi sumber utama dari berbagai macam polemik yang terjadi di Jakarta. Dalam sebuah kehidupan majemuk bernegara, dibutuhkan keseimbangan antara kehidupan di kota dan desa. Kota besar tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada variabel pendukung. Salah satu variabel yang mendukung berkembangnya sebuah kota adalah kondisi pedesaan di sekitar.
Jika Foke dan Jokowi Terpilih Kondisi kota dan desa yang sama-sama berkembang akan mendukung kemajuan suatu negara. Perkembangan di pedesaan kini mulai diperhatikan. Di Jawa Barat, Ahmad Heryawan mengusung sebuah program Desa Peradaban dengan tujuan utama menjadikan desa ini lebih mandiri sehingga bisa menangkal arus urbanisasi. Di Solo, Joko Widodo juga telah berhasil mengangkat citra Solo menjadi kota yang lebih terpandang. Gelar “The Spirit of Java” menjadi salah satu nilai tambah bagi kota berlambang keris dan lilin. Joko Widodo yang juga merupakan kandidat cagub pada putaran ke-2 Pilgub DKI dianggap sebagai calon terkuat yang mampu menggantikan posisi Gubernur DKI saat ini. Dengan pengalamannya memimpin kota Solo selama 2 periode menjadi perhitungan kuat dan menjadikan Jakarta mempunyai harapan baru menuju arah yang lebih baik. Pengalaman berharga ini merupakan rangkaian positif dari pribadi Jokowi dan sudah sepantasnya beliau memegang tempat yang lebih tinggi lagi untuk bisa mengatur daerah tertinggal. Amat disayangkan apabila tugas Jokowi hanya berhenti sampai di Solo. Melihat dari berkembangnya Jawa Barat, maka sebenarnya Jokowi bisa mengambil alih provinsi tempat beliau berdomisili, yaitu Jawa Tengah. Kerumitan Jakarta menyebabkan orang yang memimpinnya haruslah orang yang mengerti kondisi kota itu sendiri. Kondisi ini bisa menjadi win-win solution bagi kedua pasang cagub DKI. Membangun DKI pun tidak mudah. Jokowi berhasil pada periode ke-2 beliau memimpin Solo. Hampir setiap pemerintahan 2 periode menunjukkan perkembangan baik. Kita tidak bisa mengukur kepastian, tapi alangkah bagusnya Jakarta dipegang oleh orang yang sudah mengetahui selak beluk kerumitan Jakarta. Fauzi Bowo dikawal banyak parpol besar, termasuk PKS. Partai ini sudah terkenal taringnya walaupun berada dalam koalisi, karena yang dikehendaki partai ini adalah kebaikan untuk bangsa, bukan kebijakan “asal bapak senang” yang kadang bisa merugikan bangsa itu sendiri. PKS sudah menetapkan komitmennya dalam kontrak kerja bersama Fauzi Bowo untuk menjadi mitra kritis jika beliau kembali terpilih. Jika tidak, maka kader PKS yang banyak tersebar di DPRD Jakarta tetap akan mengawal kinerja Fauzi Bowo, sebuah kontribusi politik yang fair. juga dipublikasikan ke :
http://suarajakarta.com/2012/08/24/menimbang-foke-di-jakarta-jokowi-di-jawa-tengah/
KEMBALI KE ARTIKEL