Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Menelisik Filosofi Punggahan dan Ruwahan sebagai Tradisi Menyambut Ramadhan

9 Maret 2023   11:30 Diperbarui: 9 Maret 2023   11:34 701 0
Tradisi religi di Indonesia sangatlah banyak dan beragam, ada yang dijelaskan dalam dalil Al-Qur'an dan Hadis, ada juga yang tidak dijelaskan atau dilakukan oleh Nabi baik secara eksplisit maupun implisit, namun tradisi tersebut sangatlah baik untuk di budayakan. Bulan Sya’ban di masyarakt Indonesia dikenal dengan istilah bulan Ruwah. Pada bulan ini ada tradisi yang dijaga kelestariaannya sampai sekarang dan masih dijalankan di tengah-tengah masyarakat. Sebagian mengistilahkan tradisi ini sebagai arwahan, nyekar (Jawa Tengah), kosar (JawaTimur), munggahan (sekitar tatar Sunda) dan lain sebagainya. Sebagai tardisi disamping untuk menyambut bulan suci Ramadahan, pada bulan ini juga masyarakat datang kekuburan untuk ziarah dan membersihkan kuburan. Orang mengenalnya sebagai tradisi Ruwahan (Arwahan), yakni tradisi yang berkaitan dengan pengiriman arwah orang-orang yang telah meninggal dengan cara dido’akan bersama dengan mengundang tetangga dan kerabat.  Istilah Ruwahan berasal dari kata Ruwah, nama Jawa untuk bulan kedelapan dalam kalender Islam, dalam Islam disebut bulan Sya’ban, tetapi istilah tersebut merupakan berasal dari bahasa Arab ruh (arwah), yang bermakna jiwa atau roh. Oleh karena itu, orang Jawa mengambil bulan Sya’ban sebagai waktu yang diperuntukkan bagi masyarakat sebagai acara khusus untuk mengingat kematian. Tradisi ruwahan juga merupakan sebuah tradisi sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada Allah SWT, tepatnya di antara tanggal 10-20 Hijriyah. Ada juga yang berpendapat, ruwahan adalah sebagai ungkapan rasa kebahagian, kegembiraan akan memasuki bulan suci Ramadhan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun