Momen perayaan Waisak, Hari Raya Umat Buddha, beberapa hari lalu telah usai. Sengaja, saya tidak menulis refleksi ini sesegera mungkin setelah mengikuti kegiatan di Borobudur kemarin, agar tulisan ini sedapat mungkin bebas dari perasaan euforia akibat melihat pelbagai kegiatan Waisak yang khidmat itu. Pasalnya, mengikuti rangkaian acara Waisak ini, meski tak sepenuhnya, merupakan kesempatan berharga yang mungkin akan saya jumpai sekali seumur hidup. Dengan melewati seleksi esai pendek, saya dan teman-teman yang lolos seleksi akhirnya mendapatkan tanda pengenal sebagai peserta.
KEMBALI KE ARTIKEL