Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Stoicsme dalam Islam: Keselarasan Antara Filosofi dan Spiritualitas

3 November 2024   21:27 Diperbarui: 3 November 2024   21:40 64 0
Stoicisme, sebagai sistem filsafat yang muncul di Yunani kuno, sering dianggap sebagai panduan hidup yang berfokus pada pengendalian diri, ketenangan pikiran, dan penerimaan nasib. Dalam konteks Islam, prinsip-prinsip stoik memiliki kesamaan yang mencolok dengan ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Meskipun berasal dari tradisi yang berbeda, ada banyak aspek dalam stoicisme yang sejalan dengan nilai-nilai Islam, terutama dalam hal ketahanan mental, penerimaan terhadap takdir, dan pengembangan karakter.

1. Penerimaan Takdir

Salah satu ajaran utama dalam stoicisme adalah penerimaan. Para filsuf Stoik percaya bahwa banyak hal dalam hidup di luar kendali kita, dan oleh karena itu, penting untuk menerima kenyataan tersebut. Epictetus, seorang filsuf Stoik terkenal, sering menekankan pentingnya membedakan antara hal-hal yang dapat kita kendalikan dan yang tidak. Dalam konteks Islam, konsep ini selaras dengan ajaran tentang takdir (qadar).

Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Apa pun yang menimpa kamu adalah dari apa yang telah kamu usahakan, dan Dia memaafkan banyak (kesalahan-kesalahan manusia)" (QS. Al-Shura: 30). Dalam ayat tersebut, ada pengakuan bahwa meskipun manusia memiliki kendali atas tindakan mereka, banyak aspek kehidupan bergantung pada kehendak Allah. Penerimaan terhadap takdir ini mengajarkan kita untuk tetap sabar dan tawakal, tidak berbeda jauh dari prinsip penerimaan dalam stoicisme.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun