Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mudik

22 Agustus 2010   15:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:48 260 0

Lebaran masih dua minggu lagi, tapi calon pemudik yang sibuk mencari tiket sudah tampak di terminal Giwangan Yogyakarta. Baliho dan banner berisi ucapan Idul Fitri – dari penjual produk makanan dan minuman – juga tampak menghiasi beberapa sudut terminal. Tidak hanya itu, imbauan dari Pemerintah Lokal dan Kepolisian Daerah terkait keselamatan di jalan raya juga ikut mewarnai keramaian di terminal ini. Kondisi inilah yang saya lihat pagi tadi saat mengantar seorang teman yang akan pulang kampung. Sebuah pemandangan yang langsung mengingatkan saya pada suasana mudik pada tahun-tahun sebelumnya. Kebahagian bertemu keluarga tiba-tiba saja seperti tampak begitu nyata di depan mata.

Ya, bagi para perantau, mudik adalah ritual budaya yang tak kalah penting dari ritual keagamaan – yang menjadi alasan mereka untuk mudik, dalam hal ini adalah Idul Fitri. Kebahagian bertemu dengan keluarga dan sanak saudara menjadi tujuan utama. Meskipun tak jarang, momentum ini juga dijadikan sebagai ajang ‘pembuktian’ (baca: memperlihatkan, untuk tidak mengatakan ‘memamerkan’) hasil apa yang mereka peroleh di tanah rantau. Tapi apapun alasannya bagi seorang perantau mudik selalu menjadi impian yang harus diraih meskipun tidak sedikit pengorbanan yang dibutuhkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun