Pengertian jurnal refleksi menurut beberapa ahli sebagai berikut: 1) dalam pendidikan guru, jurnal refleksi dipandang sebagai salah satu elemen kunci pengembangan keprofesian karena dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999) dan 2) menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001).
- Jurnal refleksi pada program pelatihan Guru Penggerak merupakan refleksi selama dua pekan atau disebut dengan dwi mingguan, jurnal ini dibuat oleh Calon Guru Penggerak (CGP) untuk menuangkan aktivitas pembelajarannya. Adapun tipe pelaporan jurnal ini terdapat 9 model. Penulis akan memaparkan pelaporan jurnal refleksi dwi mingguan menggunakan model Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi). Model Six Thinking Hats diperkenalkan oleh Edward de Bono pada tahun 1985. Model ini melatih kita melihat satu topik dari berbagai sudut pandang, yang disimbolkan dengan enam warna topi. Setiap topi mewakili cara berpikir yang berbeda; beberapa di antaranya terkadang mendominasi cara kita berpikir. Karena itu, dengan semakin sering melatih keenam "topi", kita akan dapat mengambil refleksi yang lebih mendalam.
- Tahapan model Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi) yaitu sebagai berikut:
- Topi Putih (Informasi faktual)
- Penulis mengikuti pelatihan Guru Penggerak pada modul 1.2 dimulai dari 7 s.d. 21 November 2022. 13 aktivitas kegiatan pembelajaran sudah penulis lalui dengan baik, meskipun ada tugas yang baru dikumpulkan ketika hari H atau dead line batas pengumpulan. Modul ini menggambarkan tentang 21 konsep teori mengenai system kerja otak, nilai, dan peran guru penggerak. Seorang guru sudah selayaknya untuk mnegetahui nilai-nilai dan peranan dirinya baik di dalam kelas ataupun di masyarakat secara umum. Nilai guru penggerak ada 5 dengan penjabaran sebagai berikut: a) Nilai mandiri, guru dituntut untuk bisa bertanggung jawab, mengupgrade diri, disiplin, mengikuti seminar dan workshop guna untuk pengembangan dirinya, dst. b) Nilai reflektif, seorang guru pasca melakukan pembelajaran tentunya akan melakukan refleksi diri. Mengajak murid untuk mendiskusikan refleksi pembelajarn yang sudah disampaikan. c) Nilai kolaborasi, nilai ini dipandang penting karena guru merupakan mahluk sosial yang memerlukan teman untuk melakukan pembelajarannya. Kolobarasi yang dibangun dapat dengan muris, teman sejawat, kepala sekolah, pengawas sekolah, perkumpulan MGMP, dll. d) Nilai Inovatif, guru penggerak sudah sepantasnya untuk terus bergulir menciptakan inovasi diri yang berdampak pada orang lain. e) Berpihak pada murid, salah satu ciri pembelajaran berpihak pada murid yaitu adanya diferensisasi pada teknik, strategi, pendekatan yang dilakukan guru untuk muridnya.
- Guru penggerak tidak hanya sebatas memiliki nilai-nilai yang sudah penulis uraikan di atas, namun guru juga perlu mengetahui tentang perannya dalam kancah pendidikan. Peran guru penggerak adalah:
- Menjadi pemimpin pembelajaran
- Menjadi Coach Bagi Guru Lain
- Mendorong kolaborasi
- Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency)
- Menggerakkan Komunitas Praktisi
- Topi Merah (Menggambarkan perasaan)
- Perasaan penulis ketika mempelajari topik nilai-nilai GP sangat antusias, hal ini dikarenakan nilai tersebut berbanding searah dengan 6 profil pelajar pancasila. Jika setiap gur dan murid telah mewujudkan nilai-nilai tersebut maka bisa dikatakan pembelajaran dan pendidikan di Indonesia sudah dapat berjalan dengan baik dan berkualitas. Ketika diskusi secara daring di LMS maupun di chat WA, penulis tergugah hati untuk menanyakan penerapan nilai-nilai tersebut kepada CPG lainnya. Kita berdiskusi dengan penuh kegembiraan dan saling memberikan kisah masing-masing, mengingat kita berlima dalam satu kelas memiliki latar belakang mengajar dengan jenjang yang berbeda. Silaturohmi kita selalu terjaga dengan baik, saling mengingatkan ketika ada CGP yang belum selesai mengunggah tugas.
- Topi Kuning (Hal-Hal Positif)
- Hal positif yang penulis dapatkan yaitu menambah teman untuk saling berbagi informasi terkait pembelajaran, membangun koneksi antar lembaga, dan saling menghormati satu dengan lainnya. Belajar tata cara berdiskusi dengan bijak. Menambah ilmu baru untuk dijadikan sumber aksi nyata di riil kehidupan. Menambah wawasan IT ketika ada tagihan tugas berupa media informasi. Belajar lebih berpihak pada murid dengan system among Ki hajar Dewantara. Disiplin membagi waktu antara pelatihan GP, sekolah, dan keluarga.