Cukup lirih didengarnya, hampir tak jelas
Tak bermakna pula iringan gitar dari pemilik kedai dini hari
Hanya paras nan anggun, itu saja
Menjelang terbit, ia memasang muka kusut
Tanda tak tercapainya sebuah harapan
Ia berkata dengan suara halus layaknya wanita "besok aku akan ke sini lagi!"
"jangan, sebelum kau menulis warkat untuk pujangga yang tiap hari mencari makna dalam petikan gitarku!" sahut sang pemilik kedai
Barangkali hidup hanya bermakna untuk kenyataan
Pohon anggrek pun tahu siapa yang menghidupi mereka
Sedang manusia hanya bisa menerka
Seperti paras anggun yang banyak tafsir
Mentari kian naik dan siap menerangi kegagalan
Si pemuda nganggur itu berjalan pulang membawa nasib
Sama sekali tak ada hikmah yang dipetik
Ia hanya merujuk pada kebahagiaan nisbi