Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Struktur Kekerabatan dan Stratifikasi Sosial "Bugis"

1 November 2014   06:47 Diperbarui: 4 April 2017   16:55 4899 0

Sistem kekerabatan pada suku bangsa Bugis, nampaknya masih memegang peranan penting dalam rangka membangun identitas dalam dan kehidupan bersama sebagai suatu kelompok masyarakat. Pada dasarnya, sistem kekerabatan itu, berkembang dari suatu kelompok keluarga batih (Bugis : sianangmaranak). Sebagai keluarga batih, mereka terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak dari ayah ibu tersebut yang hidup dalam sebuah rumah tangga. Namun demikian, dalam keluarga orang Bugis, sebuah rumah tangga, tidak hanya dihuni oleh sebuah keluarga batih, tetapi sering dijumpai, dalam sebuah rumah tangga terdapat beberapa keluarga di luar keluarga batih seperti kemanakan pihak suami atau isteri, nenek maupun kakek dan sebagainya. Keluarga luas (extended family) yang terbentuk, karena hubungan darah di sebut seajing atau sumpunglolo. Sumpung berarti sambung (an), sedang lolo berarti usus atau hati. Kelompok kerabat dekat disebut seajing mareppe atau macawe’ dan kelompok kerabat jauh disebut seajing mabela. Kelompok kerabat yang dipertalikan oleh hubungan suami-istri masing-masing pihak disebut assiteppateppangeng atau siroweowekeng. Anggota kerabat ini biasa saling berkumpul dan merasa sebagai satu anggota keluarga besar manakala mereka berkumpul dalam suatu kegiatan terutama pada saat diadakan suatu upacara daur hidup, seperti sunatan, aqikah maupun perkawinan. Pada masyarakat Bugis, wija; merupakan kelompok kerabat yang lebih luas, yakni kelompok individu yang mempunyai hubungan darah dari seorang tokoh (nenek, kakek) yang dijadikan sebagai tokoh kebanggaan keluarga atau keturunannya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun