Katanya, waktu itu tunggal. Kejadian-kejadian yang membuat kita mempersepsikan waktu itu "berbilang".
Misalnya, matahari terbit dan tenggelam dengan waktu yang terpola. Dengannya, terciptalah kalender.
Hanya saja, pola-pola itu terkadang tidak dijadikan acuan untuk mengambil suatu keputusan. Kita menjadi tergesa-gesa atau tak sabaran karena belum bisa memahami polanya. Hati menjadi tidak tenang karena belum tahu posisi kita berada dalam rentang waktu yang sedang terjadi.
Apabila kita tahu posisi kita ada dimana, maka pikiran kita pun tahu bahwa masih ada waktu lagi yang harus dilalui. Tidak melompati tahapan yang harus dilalui. Proses yang harus dijalani bisa dilakukan tanpa kehilangan kesabaran.