Mohon tunggu...
KOMENTAR
Music Pilihan

Stephanie Poetri, Go International Tanpa Melupakan Pasar Lokal

10 Oktober 2019   05:49 Diperbarui: 10 Oktober 2019   06:11 35 2

Lagu berbahasa Inggris, bukanlah satu-satunya cara musisi nasional untuk go international tetapi ada faktor lain yang mendukungnya. Keberuntungan?

***

Si Menie, udah besar. Cantik lagi. Saya makin "jatuh cinta" pada gadis ini.

Bagaimana tidak, alam semesta memang memberinya karunia sebagai bekal untuk menjadi 'artis besar'. Tidak perlu waktu lama untuk  Stephanie untuk merambah Amerika dengan lagunya, I Love You 3000.

Saya sebagai penikmat lagu Emaknya, Titi Dj, serasa kaget juga karena memperhatikan anak ini sejak balita. Masih ingat kan, dia dibuatkan lagu oleh Ibunya sendiri dan tampil di video klipnya. Judulnya apa ya?

Mengawali karir dengan begitu "mudah" cukup mengherankan. Saya bertanya-tanya, selain cantik, apa sih daya tariknya?

Saya coba cek-ricek Mbah Google dan mulai mencari artikel tentang dia. Ternyata banyak juga produser yang mengajaknya bergabung dengan label musik ternama di sana. Walaupun, akhirnya dia memilih 88rising sebagai label tempatnya bernaung.

Sebelum memikat para produser, tentu saja dia terlebih dahulu memikat peggemar musik. Videoklip I Love 3000 sudah ditonton lebih dari 43,7 juta kali di Youtube sejak diunggah 7 Juni 2019. Baru 4 bulan!

Saya tidak tahu di platform musik digital seperti Spotify dan Joox sudah berapa kali dimainkan (dimainkan ya bukan diputar....). Di radio saja lagu ini banyak yang request. Setidaknya di Radio Ardan 105,9 FM Bandung, tempat acuan musik saya.

Ya, kalau dibandingkan sama Agnez Mo jauh dah...Ups, kok membandingkan.

Mau bagaimana lagi, saya "terpaksa" membandingkan dengan Agnez Mo. Karena kan sama-sama masuk pasar Amerika. Tapi, kasusnya berbeda. Mau membandingkan dengan Rich Brian atau Niki, rasanya kurang pas karena beda genre dan beda jalur.

Niki dan Rich Brian, memang dari awal kurang dikenal di pasar lokal. Mereka berdua 'langsung' membidik pasar internasional. Kalau Stephanie memang mengawali karirnya di pasar lokal.

Nah, kalau Agnez Mo kan kita tahu sendiri darimana dia memulai. Saya sih tidak bermaksud so jadi pengamat musik seperti Bens Leo. Tapi, jari saya gatal untuk mengetik artikel yang membahas Stephanie....dan membandingkannya dengan Agnez Mo.

Dari kedua musisi ini, saya melihat fenomena unik. Agnez Mo berjuang dalam waktu panjang untuk masuk pasar Amerika. Sebaliknya, Stephanie Poetri bisa dibilang cepat untuk masuk pasar Amerika. Kalau urusan sukses atau tidak, kita lihat saja nanti.

Tidak Melupakan Pasar Lokal

Ya, Stephanie Poetri memang eksis di dalam negeri. Bukan hanya dirinya secara pribadi, lagunya memang mendapat tempat di hati penikmat musik tanah air.

Meskipun lagunya berbahasa Inggris, I Love You 3000 nampaknya cocok dengan telinga orang Indonesia. Mendayu-dayu, begitulah selera kita orang Melayu.

Kesederhanaan musik bahkan videoklipnya malah menjadi daya tarik lagu ini. Dan, menarik minat seseorang untuk suka pada satu lagu ternyata bisa juga dengan kesederhanaan si lagu itu sendiri.

Entah diniatkan dari awal atau tidak, lagu I Love You 3000 memang ditujukan untuk khalayak  mancanegara atau sekedar ungkapan isi hati si penciptanya saja. Pada kenyataannya, kesederhanaan lagu ini malah menjadi alternatif di tengah hingar-bingar musik internasional saat ini.

Saya fokus membahas satu lagu ini, I Love You 3000, karena lagu inilah yang telah melejitkan namanya. Meskipun ada single pendahulunya, tetapi lagunya yang satu ini sebagai senjata andalan Stephanie untuk menggebrak dunia musik nasional bahkan internasional. Aminnn.

Sekilas mendengar lagu ini, saya langsung suka. Ketika pertama kali mendengar di radio, hati penasaran juga untuk mencari-cari di media sosial siapa dan bagaimana rupa penyanyinya.

Apakah karena lagu ini momennya pas ketika film Avenger End Games sedang tayang? Menurut saya sih tidak. Karena saya sendiri nggak ngeuh kalau lagu ini terinpirasi film itu. Ini murni lagunya yang memang enak didengar.

Lagipula, pemirsa di Indonesia juga sudah biasa mendengar lagu lokal berbahasa Inggris. Dulu, ada Mocca yang suka membuat single berbahasa Inggris dan tetap laku di pasar lokal.

Keberuntungan kah?

Nah, kalau faktor ini sih saya sulit menerka. Tetapi, kemudahan promosi di media sosial turut serta mengangkat namanya. Itu pun akan banyak yang suka kalau lagunya memang layak disuka, bukan dicela.

***

Terakhir, kita doakan semoga Stephanie mampu membawa nama Indonesia di belantika musik mancanegara. Dan, tetap menjadi musisi Indonesia yang "apa adanya". Tidak usah "dibuat-buat" demi memenuhi tuntutan pasar internasional, apalagi melupakan pasar lokal.

Memangnya ada yang begitu?

(Sumber: kompas.com; viva.com; cnnindonesia.com)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun