Saya kaget ketika melihat berita bahwa PA 212 angkat kaki dari kerumunan pendukung Prabowo-Sandi. Mereka sakit hati karena tidak diajak bicara. Alasannya, para ulama tidak diajak tabayun (detikcom, 14/7).
Melihat Prabowo mesra dengan Jokowi sepertinya tersinggung. Seakan, perdamaian diantara keduanya sebuah "kekeliruan". Saya jadi bertanya, apa sebenarnya yang mereka inginkan?
Apakah Prabowo hanya jadi pihak yang dimanfaatkan oleh mereka demi kepentingan kelompoknya?
Kita begitu senang ketika kedua tokoh bangsa ini akur. Tentu saja, demi mengembalikan suasana ke kondisi yang seharusnya. Masalah politik yang pelik, akan terselesaikan dengan fokus pada pembangunan bangsa ke depan.
Jika ada pihak yang tidak ingin mereka berdua akur, maka tujuan mereka berpolitik itu apa? Bukankah politik dilaksanakan demi pembangunan bangsa? Bukankah para politisi ini menyodorkan program kerja untuk dilaksanakan demi kemajuan?
Sikap 'ambekan' PA 212 terlalu memperlihatkan kalau mereka punya kepentingan lain di luar kepentingan membangun bangsa. Ya, masih banyak masalah pidana seperti kerusuhan 21-22 Mei yang mereka tagih untuk diselesaikan. Tetapi, itu kan masih dalam proses penyelidikan. Artinya, tidak otomatis 'terselesaikan' gara-gara Jokowi-Prabowo akur.
Semata-mata Membela Habib Rizieq?
Tolonglah, sebagai ummat Islam saya mengapresiasi pergerakan PA 212 sebagai wadah aspirasi. Namun, disayangkan ketika sikap ambekan ini semata-mata demi seseorang bukan demi ummat.
Kalau Prabowo berdamai dengan Jokowi bukan berarti masalah selesai. Tuntutan yang mereka suarakan akan tetap disampaikan. Hanya saja, jangan sampai ummat curiga pergerakan ini hanya 'riak-riak' sesaat.
Kalau visi Prabowo demi kemajuan bangsa, lalu visi PA 212 ini untuk apa? Menjadi oposisi tidak harus selalu keras tapi kan bisa tegas. Kritis kan tidak harus selalu bengis.
Prabowo bersikap kritis pada Jokowi tetapi dia berusaha untuk tampil 'elegan'. Partai Gerindra pun masih mendukung program Jokowi ketika masih dianggap masuk akal dan sesuai dengan kebutuhan rakyat.
***
Maaf, jika ada yang tersinggung. Saya sebagai orang awam jadi kebingungan ketika orang yang 'mendefinisikan' diri sebagai panutan ummat justru terlalu terlihat mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri.