Disudut tembok di perbatasan kota ini mataku sembab dan memerah. Tidak berhenti meneteskan air mata seperti air hujan yang terus menetes sehingga membentuk genangan air dipinggir-pinggir gedung, di pematangan jalan hingga di lubuk hati. Genangan itu menetap disudut dada, Genangan yang bercampur dengan garam dan cuka membasahi setiap sudut hatiku. Dari yang terkoyak-koyak sampai pada yang teriris tipis seperti teriris silet yang sangat tajam dimuka bumi ini.
KEMBALI KE ARTIKEL