Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Moderasi Beragama sebagai Basis Pembentukan Karakter Mahasiswa di Era Disrupsi Teknologi Informasi

17 Juni 2024   00:03 Diperbarui: 23 Juni 2024   11:13 100 0
Indonesia sebagai negara majemuk yang memiliki beragam kebudayaan, suku, ras, ideologi bahkan kepercayaan harus terus mempertahankan keutuhan dan keberlanjutan kemajemukan tersebut untuk menjaga stabilitas bangsa. Penanaman nilai moderasi beragama di Indonesia dapat membantu meminimalisir adanya sikap-sikap keras. Hal ini tentu memberikan sebuah upaya preventif terjadinya sikap radikalisme yang disebabkan oleh ajaran yang terlalu keras menanggapi sebuah perbedaan. Moderasi sendiri merupakan sikap yang mengambil jalan tengah, tidak ekstrem kanan maupun kiri. Dalam artian, tidak mengambil sudut pandang subjektif dan merasa paling benar. Namun, bertindak adil dan berfikir komprehensif (menyeluruh) terhadap sebuah perbedaan. Oleh karenanya, upaya proses internalisasi atau penanaman nilai-nilai moderasi beragama terhadap bangsa Indonesia sangat perlu digencarkan. Terlebih ketika berbicara pada konteks lingkungan mahasiswa, yang merupakan lingkungan multikultural dengan beragam perbedaan dalam pemikirannya, ideologinya, atau bahkan budaya dan kebisaannya. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Badan Intelejen Negara (BIN) (dalam Ali dkk., 2021) menunjukan indikasi mahasiswa yang terpapar mengikuti gerakan radikalisme sekitar 39% dan tiga institusi perguruan tinggi menjadi cikal bakal basis penyebaran pemahaman radikal terhadap mahasiswa. Padahal seharusnya perguruan tinggi menjadi peranan vital terhadap pembentukan karakter mahasiswa yang toleran, moderat, dan mengharagai perbedaan, karena usia mahasiswa sangatlah rentan terhadap dogma-dogma dan sosialisasi politik serta kepentingan tertentu yang dipengaruhi oleh sekelompok golongan penyebar radikalisme.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun