Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Ayo Belajar Solat Kawan

14 Maret 2013   03:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:49 157 1

1. Sholat adalah ibadah agung dan mulia, salah satu rukun di antara rukun Islam. Mendirikan sholat merupakan kewajiban, meninggalkannya suatu bentuk kekufuran. Sholat adalah hubungan kedekatan antara hamba dan Alloh , di mana hamba bermunajat kepada-Nya, pencegah berbagai kekejian dan kemunkaran, cahaya bagi kaum mukminin saat berada di dalam kubur dan di padang mahsyar, ruang kegembiraan dan penyejuk jiwa kaum mukminin serta penghapus berbagai dosa dan kesalahan.
“Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. al-Baqoroh [2]: 2-3)
Rosululloh bersabda:
“Islam dibangun di atas lima pilar: Syahadat La Ilaha Illalloh dan syahadat Muhammad Rosululloh, mendirikan sholat, menunaikan zakat, shoum Romadhon dan Haji”. (HR. Bukhori no: 8 dan Muslim no: 16)
Rosululloh bersabda:
“Sesungguhnya pembatas antara seseorang dengan syirik dan kekufuran adalah meninggalkan sholat”. (HR. Muslim no: 987, Abu Dawud no: 1658 dan Nasa’i no: 1/231)
Abdulloh bin Syaqiq (seorang tabi’in) berkata:
“Para shohabat Nabi tidak pernah berpendapat tentang amalan-amalan yang kalau ditinggalkan menjadi kufur kecuali masalah meninggalkan sholat.” (HR. Tirmidzi no: 2622 dan Ibnu Nashr al-Mirwazi dalam Ta’dzim Qodrish Sholat no: 948)
Rosululloh bersabda:
“Sesungguhnya jika salah seorang kalian sholat, sebenarnya ia sedang bermunajat kepada Robb-Nya”. (HR. Bukhori no: 408)
2. Sholat harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan syari’ah. Suci tubuh dari junub dan hadast, bersih tempat dan pakaian dari berbagai najis, telah masuk waktu sholat, menutup aurat dengan benar dan sempurna - baik untuk laki-laki maupun wanita - serta berdiri menghadap kiblat dengan baik.
Rosululloh bersabda:
“Tidak dapat diterima sholat tanpa bersuci”. (HR. Muslim no: 224)
Alloh berfirman:
“…Sesungguhnya sholat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisa’ [4]: 103)
Alloh berfirman:
“Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS. al-A’raf [7]: 31)
Alloh berfirman:
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kalian berada, palingkanlah muka kalian ke arahnya….” (QS. al-Baqoroh [2]: 144)
3. Setiap ibadah harus diniatkan karena beribadah kepada Alloh , bukan karena yang lain-Nya. Niat adalah amalan hati atau jiwa, bukan yang harus diucapkan dengan lisan. Jangan tertipu oleh bisikan takut riya’, sehingga kita meninggalkan sholat hingga kita mampu ikhlas. Dirikanlah sholat, walau masih terasa riya’. Berjuanglah mengobati riya dengan tetap istiqomah mendirikan sholat.

Rosululloh bersabda:
“Seluruh amal hanya dengan niat dan seseorang tergantung apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrohnya kepada Alloh dan Rosul-Nya, maka bernilai hijroh kepada Alloh dan rosul-Nya. Barangsiapa yang hijrohnya untuk dunia yang akan dia capai atau wanita yang hendak dia nikahi, niscaya nilainya tergantung niat hijrahnya.” (HR. Bukhori no: 1 dan Muslim no: 1907)
4. Sholat diawali dengan takbir, yaitu mengucapkan “Allohu Akbar” dengan meletakkan bagian tangan kanan di atas bagian tangan kiri di atas dada atau antara pusar dan dada. Dilanjutkan dengan membaca do’a istiftah yang mana saja yang diajarkan Rosululloh . Lalu membaca isti’adzah dan dilanjutkan membaca al-Fatihah dengan bacaan yang baik dan benar serta berusaha memahami makna-maknanya. Kemudian dilanjutkan dengan membaca salah satu surat dalam al-Qur’an yang mana saja yang mampu dihafal dengan baik.
Rosululloh bersabda kepada orang yang salah sholatnya:
“Jika engkau berdiri hendak sholat, sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah kiblat, lalu bertakbirlah….” (HR. Bukhori no: 6251 dan Muslim no: 397)
Wail bin Hujr berkata:
“Aku sholat bersama Rosululloh dan meletakkan tangan beliau yang kanan di atas tangan beliau yang kiri di atas dada beliau”. (HR Ibnu Khuzaimah dan dishohihkan oleh al-Albani dalam Irwaul Golil: 352)
Sahl bin Sa'ad berkata:
“Dahulu, para sohabat diperintahkan untuk meletakkan tangan kanannya di atas lengan kirinya di waktu sholat.” (HR. Bukhori no: 707)
‘Aisyah, Abu Sa'id dan para shohabat yang lain berkata:
“Jika Nabi membuka sholat, beliau berdo’a: Subhanaka Allohumma wa bihamdika wa Tabarokas muka wa Ta’ala Jadduka wa La Ilaha Ghoiruka (Maha Suci Engkau ya Alloh dan dengan memuji-Mu, Maha Berkah nama-Mu, Maha Tinggi Kemuliaan-Mu dan tidak ada Ilah Yang berhak diibadahi selain-Mu)”. (HR. Abu Dawud no: 776, Tirmidzi no: 243, Nasa’i no: 2/132 dan Ibnu Majah no: 806)
‘Ubadah bin Shomit berkata: Rosululloh bersabda:
“Tidak sah sholat bagi siapa saja yang tidak membaca Fatihatul Kitab (surat al-Fatihah) ”. (HR. Bukhori no: 756 dan Muslim no: 394)
Abu Qotadah berkata:
“Dahulu, Nabi pada dua roka’at pertama sholat Zhuhur dan ‘Ashar membaca Fatihatul Kitab (al-Fatihah) dan satu surat, beliau terkadang memperdengarkannya kepada kami. Dan pada dua roka’at terakhir beliau membaca Fatihatul Kitab”. (HR. Bukhori no: 759 dan Muslim no: 421)
5. Saat melaksanakan ruku’, kedua telapak tangan diletakkan di lutut dengan sedikit menggenggamnya dan mata diarahkan ke tempat sujud. Diupayakan antara kepala dan punggung berada pada posisi rata dan sejajar dalam keadaan tuma’ninah. Lalu, dianjurkan untuk membaca berbagai do’a ruku’ yang diajarkan Rosululloh dengan benar-benar memahami artinya.
Rosululloh bersabda:
“Tidak sempurna sholatnya orang yang tidak meluruskan tulang belakangnya di waktu ruku’ dan sujud”. (HR. Nasa’i no: 2/183, Tirmidzi no: 264, Abu Dawud no: 840 dan Ibnu Majah no: 870)
6. Saat melanjutkan I’tidal dengan mengangkat kedua tangan searah tinggi telinga, maka telapak tangan harus dihadapkan ke arah kiblat. Saat itu harus diiringi dengan mengucapkan “sami’allohu liman hamidah”. Lalu, dianjurkan untuk menempatkan kembali bagian tangan kanan di atas tangan kiri yang diletakkan di dada atau antara pusar dan dada. Kemudian, dianjurkan untuk membaca do’a-do’a I’tidal yang diajarkan oleh Rosululloh .
“Apabila imam berkata: “sami’allohu liman hamidah”(Alloh mendengar orang yang memujinya) maka katakanlah: Allohuma Robbana walakalhamdu (ya Alloh wahai Robb kami bagi-Mu segala pujian) .” (HR Bukhori no: 763 dan Muslim no: 409)
7. Di saat turun hendak sujud, maka dianjurkan melakukannya dengan tenang tanpa terdengar gemuruh suara tubuh yang turun ke tanah, baik didahului oleh telapak tangan terlebih dahulu atau lutut. Lalu, bagian-bagian tubuh: yaitu dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua ujung jari telapak kaki yang menghadap ke kiblat harus menyentuh tanah. Bagian kedua tangan harus agak lebih renggang dari lambung, jangan terlalu dirapatkan serta anak-anak jari tangan rapat. Kemudian, dianjurkan membaca do’a-do’a sujud yang diajarkan Rosululloh dengan baik dan benar, juga dianjurkan untuk meminta apa saja kepada Alloh .
Rosululloh bersabda:
“Kami diperintahkan sujud di atas 7 tulang: Dahi –sambil beliau isyaratkan ke hidung-, kedua telapak tangan, kedua lutut, ujung-ujung jari kaki serta tidak melipat baju atau menguncir rambut.” (HR. Bukhori no: 812 dan Muslim no: 490)
8. Saat bangkit setelah sujud. Kemudian duduk di antara dua sujud. Duduk ini dikenal dengan duduk iftirosy, yaitu mendirikan telapak kaki bagian kanan hingga jari-jarinya menghadap kiblat. Sedangkan bagian telapak kaki kiri berada di bawah pantat, kedua tangan berada di atas paha dengan menghadapkan jari-jarinya ke arah kiblat dengan sedikit merenggangkan jari-jarinya.
“Apabila beliau duduk pada roka’at ke dua, duduk di atas kaki kirinya dan menancapkan kaki kanannya.” (HR. Bukhori no: 794)
“Maka apabila kamu duduk di pertengahan sholat (pada roka’at kedua) duduk iftirosylah duduk dengan bertekan pada pahamu yang kiri dengan tenang, kemudian bacalah tasyahud.” (Shohih Abu Dawud no: 448)
9. Ketika hendak bangun untuk roka’at selanjutnya, para ulama berbeda pendapat tentang sunnahnya duduk istirahat atau tidak. Begitu pula tentang bangunnya dengan langsung tanpa bertumpu kedua telapak tangan ke tanah atau tidak. Yang pasti kedua-duanya merupakan anjuran saja yang boleh dipilih bagian mana yang mudah untuk dilakukan.
“Apabila mengangkat kepalanya dari sujud kedua, ia duduk sambil bertekan pada lantai kemudian bangkit.” (HR. Bukhori no: 437)
Dari Malik bin al-Huwairitsi bahwa: ”Dia melihat Nabi sholat, apabila beliau selesai dari rokaat ganjil dalam sholatnya, tidak langsung bangun sebelum duduk (istirahat) dengan sempurna”. (HR. Bukhori no: 823)
10. Saat melakukan duduk tahiyyat awal dianjurkan duduk iftirasy. Sedangkan untuk duduk akhir dianjurkan untuk duduk tawarruk, yaitu kaki kiri dibaringkan ke tanah di bawah depan bagian pantat, lalu telapak kaki kiri ditegakkan dengan jari-jari menghadap kiblat. Kemudian kedua telapak tangan diletakkan di atas paha dengan memberikan isyarat jari telunjuk, baik digerak-gerakkan atau tidak dari awal hingga akhir. Lalu, dianjurkan untuk membaca tahiyyat, sholawat dan do’a akhir sholat. Setelah itu ditutup salam dua kali ke arah kanan dan ke arah kiri dengan agak mengarahkan muka ke bagian samping hingga terlihat bagian pipinya oleh orang yang ada di belakangnya.
“Apabila (Rosul ) duduk dalam sholat, beliau meletakkan telapak tangan kanannya di atas paha kanan dan menggenggam semua jari-jarinya dan (kemudian) berisyarat dengan jari telunjuknya serta meletakkan telapak tangan kirinya di atas paha kiri.” (HR. Muslim no: 580)
“Apabila beliau duduk pada roka’at terakhir beliau mendahulukan kaki kiri dan menancapkan kaki kanannya serta duduk di atas lantai.” (HR. Muslim no: 448)
Dari Ibnu Umar bahwa Rosululloh apabila duduk untuk bertasyahud, beliau meletakkan tangan kirinya di atas lututnya yang kiri, dan (tangan) kanannya di atas lututnya yang kanan, dan membentuk angka lima puluh tiga, dan menunjukkan jari telunjuknya.” (HR. Muslim no: 580)
Dari Wa’il dan bin Hujr berkata: “Saya sholat bersama Rosululloh , beliau salam ke arah kanannya “assalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh”. Dan ke arah kirinya “assalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih no: 997)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun