Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Hanya yang Kaya, Bodoh, dan Mau Membayar 100 Juta untuk jadi PNS ?!

18 April 2011   05:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:41 1100 0
SAYA SEMPAT TERPEKUR BEBERAPA SAAT KETIKA MENGETAHUI ADA JUGA YANG RELAH MEMBAYAR UNTUK BISA DIANGKAT JADI CPNS, SEPENGETAHUAN SAYA SELAMA PULUHAN TAHUN BEKERJA SEBAGAI PEGAWAI NEGERI DEMI  BELUM PERNAH SEKALIPUN MENGETAHUI ATAU MENYAKSIKAN  TELAH TERJADI TRANSAKSI SUAP PENGANGKATAN SEPERTI YANG BANYAK DIBICARAKAN DAN MENJADI BUAH BIBIR ORANG-ORANG PADA SAAT PEMERINTAH MELAKUKAN PEREKRUTAN PNS.

Mendengar saja desas-desus seperti itu bukanlah berita baru, sudah beberapa tahun belakangan, sejak Penerimaan PNS marak dilakukan dan hampir bersamaan di seluruh Indonesia, bisik-bisik mengenai masaalah Pembayaran Untuk masuk jadi PNS jadi santapan sehari-hari saat para pelamar sementara melengkapi berkas lamarannya.

Beberapa orang tetangga yang pernah melamar pernah menanyakan soal ini kepada saya pada saat mereka hendak membuat lamaran, mereka nampaknya tak bersemangat setelah dari mulut ke mulut mereka  mendengar berita burung bahwa percuma saja mereka itu membuat lamaran dan mengikuti ujian CPNS kalau tak punya modal buat membayar, paling kurang 50 juta sampai 100 Juta.

Saya masih ingat apa kata mereka " Om Aku malas Om buat lamaran, kata teman-teman kalau tak punya uang tak mungkin lulus, sudah lumrah Om " Katanya kepada saya.

" Yang suruh bayar siapa, kerja dimana, jabatannya apa, sehingga dia bisa meluluskan orang dengan Uang " jawab saya ingin tahu lebih jauh.

" Orang dalam katanya Om, daripada ijazah sarjanaku yang dari Universitas Negeri terkemuka ini jadi kertas lusuh tak berharga, lebih baik jual harta benda orang tua Om " katanya memelas.

" Harta apa yang mau dijual " kataku

" Rumah Om, kami sekeluarga bisa pindah membuat rumah di kebun, nanti kalau saya sudah jadi pegawai bisa ambil Kredit di Bank untuk membeli rumah baru lagi " dia menjelaskan keinginannya untuk menjual rumah orang tuanya dan akan dia ganti setelah dia menjadi PNS.

" Walau orang tuamu sudah setuju tapi jangan..penyesalan dan penderitaan selalu datang belakangan, pertimbangkan beberapa hal..baiklah Om akan jelaskan secara singkat padat, sesuai yang Om pahami, ketahui berdasarkan pengalaman dan pengamatan selama ini "  Kata saya kemudian menjelaskannya seperti ini :

Menurut pendapat Om, Formasi penerimaan CPNS baik itu Pusat maupun daerah dikeluarkan Pemerintah berdasarkan kebutuhan setiap Instansi Pusat dan Daerah, Formasi CPNS biasanya terbit atas dasar kebutuhan CPNS pada Starata Pendidikan dan Jurusan yang diperlukan oleh Instansi Pusat maupun Daerah yang akan mempekerjakan Calon pegawai Negeri dimaksud.

Dengan pertimbangan kebutuhan tersebut setiap Instansi dan daerah akan memperoleh Quota yang berbeda pula tergantung usulan yang diajukan sebelum perekrutan, kalau di daerah A tenaga PNS yang ada berpendidikan Starata 1 Ekonomi Manajemen sudah sesuai dengan standard kecukupan, maka dipastikan Formasi untuk pemegang Ijazah tersebut tidak ada di daerah A, jangan coba melamar tanpa Formasi. Cobalah untuk menanyakan Formasi apa saja yang ada dalam tahun anggaran saat itu, sebelum memulai mengurus berkas kelengkapan yang juga membutuhkan biya transportasi dan akomodasi. Coba ke tempat lain Instansi atau daerah Kabupaten yang lain siapa tau Ijazah yang dimiliki dibutuhkan disana.

Bila ternyata Formasi untuk Ijazah yang dimiliki ada, belumlah menjamin untuk dapat diterima dengan mudah, apabila Formasi yang dibutuhkan untuk Jurusan Ekonomi Manajemen hanya 5 orang, sedang pelamar berjumlah 10 orang, maka 5 orang dipastikan tidak akan lulus. Tapi sebaliknya bila Formasi yang akan diterima 5 orang sedang yang melamar hanya 2 atau 5 orang, dengan mengikuti ujian dan melengkapi persyaratan  anda tinggal berdoa 99% dipastikan Lulus.

Untuk itu mungkin ada baiknya  bila kita  bercita-cita menjadikan Putra-Putri kita sebagai seorang PNS, untuk memilih Sekolah yang tepat yang masih jarang diminati dan langsung dapat bekerja untuk menjawab tantangan global dimasa datang.

Kalau saja benar ada suap dalam rekrutmen PNS oleh oknum yang Memanfaatkan Formasi yang tersedia mungkin bisa saja terjadi, karena tak mungkin ada asap kalau tak ada api, dengan memanfaatkan  Formasi situasi dan kondisi keinginan yang mengebu daripada jadi sarjana pengangguran yang ijazahnya tidak diperoleh dengan gratis tapi penuh perjuangan bertahun-tahun serta  uang yang tak sedikit, gayungpun bersambut kalau begini jangankan orang dalam orang luarpun bisa melakukan upaya-upaya propaganda, meniupkan kata-kata manis berupa ajakan untuk membayar agar bisa diterima tanpa harus keluar keringat untuk belajar menghadapi ujian rekrutmen, terjadilah kesepakatan yang bagi penerima suap merupakan upaya spekulasi kalau calonnya lulus dapat uang ratusan juta tanpa kerja keras kalau tak calonnya tak lulus kembali modal, modalnya saja cuma bicara doang hehehehehe.

Dengan mengikuti semua persyaratan yang dibutuhkan dan mengikuti Ujian saringan masuk CPNS anak tetangga Saya ini bisa lulus dengan murni IP diatas 3, dari jurusan Teknis Sipil yang Formasinya jelas ada, tinggal bagaimana mengerjakan soal, kalau nilai ujiannya bagus niscaya dia akan lulus, apalagi sejak 2 tahun belakangan ini Pemerintah Daerah telah melakukan kerjasama dengan lembaga atau Universitas ternama untuk memeriksa ujian dan menentuka kelulusan maka sangat riskan rasanya kalau ada oknum yang dengan entengnya memberikan janji dengan dasar spekulasi seperti itu, kalau lulus mulus, kalau tak lulus uang kembali.

Hal inipun sudah terbukti tanpa bayar sepeserpun tiga anak saya sudah jadi PNS, bahkan salah satu diantaranya sudah memduduki jabatan eselon IV kepala seksi ketika saya belum pensiun, puluhan kerabat diangkat tanpa bayaran sepeserpun, sungguh saya berani bersumpah.

Kalau saja anak tetangga tadi menjual rumah orang tuanya untuk membayar oknum tertentu sebanyak 100 juta rupiah, dengan harapan akan membeli rumah baru setelah diangkat jadi PNS, berdasarkan pengalaman, pengamatan sebagai PNS dengan masa kerja 30 tahun, sudah bertugas di 2 Provinsi, 2 kabupaten, di 2 Instansi Vertikal, dan terakhir sebagai PNSD ( Pegawai Negeri sipil daerah ) di 3 SKPD (  Kantor Dinas yang berbeda) dan 1 Kantor Kecamatan. Apa yang akan terjadi berdasarkan perhitungan manual ( perkiraan ) dapat saya prediksi seperti ini :

* Penghasilan PNS dengan basic S1, Golongan ruang Penata Muda/III/a adalah kurang lebih 2 juta rupiah.

* Untuk membelu rumah baru yang layak menggantikan rumah yang sudah dijual, Dia memanfaatkan Kredit PNS yang dipotong langsung dari Gaji senilai 100 Juta untuk jangka waktu 7 s/d 10 tahun, cicilan perbulan antara 1.8 Juta hingga 2 juta rupiah. Dengan demikian setidaknya dia akan jadi PNS selama kurun waktu 7 - 10 Tahun tanpa Gaji.

* Berharap untuk mendapatkan penghasilan tambahan saat ini sangatlah sulit, tanpa jabatan, tanpa wewenang sangat tidak memungkinkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan kecuali tunjangan Kinerja yang berpariasi antara setiap daerah rata-rata 300 ribu sampai 500 ribu rupiah perbulan, untuk menduduki jabatan struktural eselon terendah,  CPNS dari S1 butuh waktu 7 s/10 tahun, apakah dia rela bekerja tanpa gaji, kalau toch rela maka sangat diragukan apakah dia sanggup bekerja penuh sedang untuk biaya transport  ke Kantor saja tidak punya. Jadilah PNS yang enggan bekerja.

Menurut Saya hanya Orang kaya kelebihan uang dan rela membayar, serta orang bodoh yang mau membayar 100 Juta untuk Jadi PNS, mungkin kita tak sependapat itu wajar saja karena ini pendapat pribadi bukan fenomena umum, kalau ada yang berpendapat lain sah-sah saja ini Negara Demokrasi Bung, asal tidak kebablasan.

Kalau PNS masih merupakan primadonna pencari kerja itu wajar budaya di jaman dahulu kala dijaman penjajahan  mengajarkan  agar memuliakan dan menghormati para pejabat ( Pemerintah ) seperti waktu jaman kerajaan dulu Raja dijunjung raja disembah, warisan kolonial yang telah berangsur-angsur mulai hilang saat ini,  Pemerintah yang identik dengan PNS adalah pelayan masyarakat yang melayani dengan setulus hati dan dicintai oleh masyarakat, PNS berasal dari masyarakat untuk masyarakat.***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun