Dari kejauhan, sosok setengah baya terlihat mengayuh pedal sepeda tuanya. Gadis kecil berkerudung yang duduk manis di belakang setengah merengek minta pulang. Sebelum saya kembali ke rumah induk, saya hanya sempat berpapasan dan bersalaman kepada bapak yang kemudian penuh kesabaran menguatkan gadis kecilnya untuk kembali mengaji. Masih terpatri di kepala saya, jadwal masuk mengaji di bulan syawal, anak-anak berlarian dengan gembira tanpa di dampingi orang tua. Mereka seperti busur panah yang berhamburan. Canda tawa menyeruak di panasnya siang. Tapi, tidak untuk si gadis kecil. Ia sangat ketakutan. Untungnya ia memiliki ayah sekuat batu. Mengantarnya dengan wajah sumringah dan mengguyurnya dengan kata-kata sejuk yang menguatkan jiwa.
KEMBALI KE ARTIKEL