Setelah kehilangan seluruh ilmu dan keberaniannya, dia merasakan hina sejadi-jadinya. Fi'ie telah merubah namanya menjadi Gatalaca. Dia telah lepaskan ilmu dan seluruh pakaiannya. Dia lepaskan peci dan senjata goloknya. Permata yang ada di mulut golok warna putih itu dibuang. Dia sudah memilih jadi pengembara saja. Dia terus berkelana sambil mencari seorang guru yang dapat membimbingnya. Dan orang hina ini sekarang sedang gelisah mencari pendamping hidupnya. Tiba-tiba meloncat seorang pendekar memakai kapak dan rajah ketara di dadanya. Angka 212 yang amat sakral dan melegenda. Wiro: munyuk, berhenti. Mau kemana he. Hahahaha. Wkwk. Gatalaca: mencari arah matahari terbit. Jiwaku bergelora mencari hidup reinkarnasiku. Wiro: kamu katanya mau bunuh diri? Karena, tak dapat wanita ya. Wkwk. Hehehe. Gatalaca: kamu orang yang terhormat dan mumpuni. Sakti dan mandraguna. Digdaya tanpa tanding. Wiro: wkwk. Hehehe. Kata siapa aku jadug? He, kata siapa. Hehehe. Wkwk. Gatalaca: mumpung kamu ada di sini. Aku mau mempertanyakan jalan. Wiro: tanya apa orang goblok. Ayo tanya. Gatalaca: katanya, kamu punya pusaka sakti namanya kapak maut naga geni 212,sekaligus pukulan matahari? Wiro: betul, hehehehe. Wkwk. Hahaha. Ini namanya pusaka naga gen. Rajah ya sudah disatukan guruku Sinto Geni dalam tangan dan dadaku. Sehingga pukulan matahari ini akan bisa kukeluarkan. Mundurlah. Aku akan menunjukkan apa yang kau tanyakan. (wiro melemparkan kapak ke pohon. Pohon sebesar itu tumbang dan meledak. Kembali lagi sendiri kapak itu ke tangan wiro. Lalu dia memukulkan tangan kanan ke batu di depannya. Ajaib, batu itu hancur. Menyaksikan celorot cahaya dari telapak tangan di depan matanya, Gatalaca terpukau. Ternyata memang bukan legenda. Kebenaran tentang wiro sableng terbukti adanya) Wiro: kamu katanya di terawang orang dan dibuat stresss habis habisan? Benar atau tidak? Gatalaca: iya, benar. Wiro: itu karena kamu lemah dan tak punya pagar. Jadinya kamu dikeok orang. Dasar bloon. Wkwk. Hehehehe. Gatalaca: maaf tuan, aku harus pergi dari sini. (terbang sepasang naga menghampiri Wiro. Hussss, Naga itu menyemburkan napas api dan racun berbisa ke Wiro. Tetapi Wiro entah kapan sudah berada di atas pohon. Sangat cepat memang) Wiro: hai bocah, pergilah. Cepat pergi. Hehehehe. Naga, jangan ganggu bocah itu. Urusanmu denganku. Ayo ikuti aku. Wiro menghilang dan naga itu jua. (Gatalaca pun berjalan dan bertemu gubuk mengumandangkan adzan. Dia duduk mendengar.) Wanta Weni: bocah, jangan kau Risau kan urusan dunia yang tak dibawa mati. Wanita, harta, tahta, dan ketenaran. Cari saja keselamatan dan perintah Gusti. Tangkap ini. (melempar tongkat dari kayu piring kuning ke Gatalaca). Wanta Weni: sekarang, kamu kuganti nama jadi Muhammad Ghaisan. Laksanakan wudhu dan solat. Ayo bergegas kita merubah segalanya. Ghaisan: iya, kakek. Aku sangat terimakasih. Wanta Weni: jangan hidup di tempat yang tak kamu sukai. Bergegas kita penuhi kewajiban kepada yang maha Penguasa. Nanti kamu akan menemukan jawaban dari segala tujuanmu dan apa yang pantas bagimu. Duniawi ini hanya perantara saja. Ghaisan: iya kakek. Wanta Weni: sekarang, tongkat alif itu ada padamu. Namamu adalah Ghaisan. Kamu adalah Muhammad Ghaisan. Dan Ketik orang bertanya Fi'ie atau siapa. Jawab saja bahwa yang ada hanya Ghaisan. Serta tongkat alif ini. Ghaisan: subhanallah, allahuakbar. Kini, berakhir sudah cerita Fi'ie. Yang ada adalah Ghaisan dan beberapa kisah dari Ghaisan Altamis. Selesai. Kamis, 16 Juni 2022
KEMBALI KE ARTIKEL