Olah raga sepak bola memang sudah populer diseluruh negara-negara dunia sejak berpuluh-puluh tahun lamanya. Kini bisa terlihat sekaligus dinikmati suguhan-suguhan menarik dari dunia sepak bola itu sendiri. Inggris misalnya, dengan sepak bola yang megah dan klub-klubnya yang mendunia, selalu saja diperbincangkan dimana-mana. Sepak bola bagaikan kebutuhan primer yang tiap harinya selalu dicari informasinya dan juga untuk dinikmati suguhannya. Begitu membanggakan andai suatu negara setiap saatnya diperbincangkan dan di pertontonkan pada dunia.
Bagaimana dengan Indonesia sekarang ? sedang berada dimanakah? Atau sampai mana dibicarakan?
Entah hanya kerusuhan antar suporter yang kian hari tak kunjung usai atau tentang masalah intern asosiasi sepak bola negara yang turut pula membuat persepakbolaan Indonesia semakin semrawut. Tentunya hal tersebut bisa kita nilai hingga sekarang ini.
Ada banyak faktor dalam beberapa bidang yang sebenarnya menghambat laju persepakbolaan di negeri ini untuk maju. Dalam bidang prestasi tentu kita tahu, tidak begitu banyak Indonesia berbicara di kancah Internasional. Hanya saja beberapa waktu lalu tim garuda muda berhasil menggondol piala dalam kejuaraan AFF Cup Championship U-19, itu pun diadakannya di rumah sendiri. Belum lama ini juga, Timnas U-23 yang hampir saja merengkuh medali emas di Sea Games Myanmar, terpaksa harus terpeleset dan cukup membawa pulang medali perak setelah takluk dari Thailand 0-1.
Sebenarnya sudah begitu keras usaha dari PSSI sendiri sebagai induk persepakbolaan di Indonesia untuk mengatur dan memajukan sepak bola dalam negeri. Namun berapa kebijakan masih begitu banyak dipertanyakan. Di tahun 2013 kemarin, kita bisa melihat banyaknya pemain asing keturunan Indonesia yang dinaturalisasikan untuk menjadi WNI (Warga Negara Indonesia). Misalkan seperti Sergio Van Dijk, Irfan Bachdim, Diego Michel, Stepano Lillipaly, dan masih banyak lagi.
Kalau dilihat dari sisi jumlah penduduk tentu sangat banyak talenta berbakat untuk mendukung terciptanya sepak bola Indonesia yang lebih maju. Namun sangat disayangkan, dengan adanya kebijakan naturalisasi tersebut, talenta-talenta berbakat dalam negeri harus bersusah payah untuk bisa menembus tim nasional Indonesia saat ini. Buat apa juga diselenggarakan banyak seleksi, kalau pada akhirnya hanya mendatangkan pemain naturalisasi, yang sebenarnya talenta asli dalam negeri tidak begitu kalah mentereng dengan pemain naturalisasi tersebut. Apa perlu Indonesia ini membuat Timnas baru untuk perbandingan? Tentu saja hal itu akan menambah keruwetan yang terjadi di dalam persepakbolaan di negeri tercinta ini.
Beberapa waktu lalu, PSSI juga mengajukan diri agar Indonesia pada tahun 2022 bisa menjadi tuan rumah dalam event sepak bola terbesar di dunia, yaitu Piala Dunia. Tetapi niat tersebut kembali harus disimpan. Pasalnya, karena insfraktuktur yang belum cukup memadai untuk diselenggarakan event akbar tersebut. Seperti halnya stadion bertaraf internasional yang belum banyak dibangun, hotel berbintang yang tidak jauh dari stadion juga belum banyak, bandara Internasional yang masih minim, dan juga karena kerusuhan yang sering terjadi di Indonesia ini menjadi pertimbangan yang sangat penting bagi FIFA, selain itu masih belum beresnya permasalahan teroris juga tidak kalah penting untuk menunda keinginan Indonesia menjadi tuan rumah dalam event yang digelar empat tahun sekali tersebut.