Apakah kita tidak sadar bahwa organisasi yang seharusnya menjadi tempat belajar malah menjadi ajang pembentukan struktur kekuasaan yang tak jauh berbeda dengan oligarki? Para senior memanfaatkan posisinya untuk mengamankan jaringan patron-klien, di mana junior-junior patuh dimanipulasi untuk memenuhi agenda-agenda terselubung. Apakah semua ini hanya demi pengakuan sosial dalam lingkup sempit organisasi? Dan ironisnya, para junior yang diam-diam mengutuk kultur ini pada akhirnya mewarisi dan memperkuat sistem yang sama ketika giliran mereka tiba.
Budaya senioritas, intervensi berlebihan oleh para patron, rapat yang berlarut-larut, dan kebiasaan "ngaret" (terlambat) adalah patologi sosial yang telah mendarah daging dalam kehidupan organisasi mahasiswa. Seharusnya, organisasi mahasiswa menjadi sarana pembelajaran demokrasi dan manajemen diri, tetapi yang terjadi adalah pengulangan siklus feodalisme dalam skala kecil. Artikel ini berusaha mengkritisi dan merefleksikan fenomena ini dengan harapan mampu memantik kesadaran untuk mengakhiri praktik-praktik destruktif ini.